Nasib Pekerja OP Dua Bulan Belum Terima Gaji
Untuk Makan Terpaksa Berhutang
22 Oktober 2009
11 klik Beritahu Teman
sumber; http://riaupos.com/berita.php?act=full&id=5503&kat=8
ISTIRAHAT: Penyapu jalan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan beristirahat melepas lelah di bawah pohon, beberapa waktu lalu.(DEDDY SUNGKONO/ RIAU POS)
Laporan ADRIAN EKO DESRILIANTO Kota
redaksi@riaupos.com
Kota Pekanbaru saat ini masih menggenggam piala Adipura sebagai supremasi kota terbersih. Namun hingga saat ini pahlawan kuning yang merupakan ujung tombak penghargaan tersebut masih tidak diperhatikan. Bahkan hingga saat ini upah kerja untuk bulan Agustus dan September belum dibayarkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Akibatnya mereka terpaksa berhutang untuk kehidupannya sehari-hari.
Nasib penyapu jalan yang merupakan petugas harian lepas di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pekanbaru kian tidak jelas. Mulai masalah gaji hingga tunjangan lainnya.
Padahal mereka harus keluar dengan menutup wajah untuk menahan sengatan panasnya matahari Kota Pekanbaru. Sebut saja namanya Indah (29) yang setiap harinya menjadi penyapu jalan di jalan protokol di Kota Bertuah ini. Hingga saat ini, honor kerjanya belum juga diterima. bahkan untuk bulan Agustus dan September masih belum jelas di mana dia mendapatkan honor yang merupakan hak mereka ini.
‘’Belum dapat lagi, masih begini-begini saja. Tapi saya tetap nyapu jalan. Pekanbaru mau jadi kota terbersih ke enam kalinya. Mau dipaksakan kita bisa buat apa, jadi pasrah saja,’’ ujarnya yang ditemui Riau Pos sambil mengais sampah dengan sapu lidi miliknya.
Indah bersama rekannya sudah bekerja sejak dua tahun yang lalu. Kejadian seperti penundaan gaji sudah kerap dirasakannya. Bahkan pada awal mereka bekerja gaji mereka justru jauh di bawah standar minimum gaji, yaitu Rp400 ribu. Apa lagi saat ini mereka dihargai dengan honor sebesar Rp800 ribu perbulan tetap saja belum bisa mereka rasakan. Padahal pekerjaan mereka tidak mudah dan penuh dengan tantangan.
Dia harus keluar dari rumahnya yang berada di Jalan Kartama pukul 04.40 WIB untuk memulai kerjanya. Lalu kembali lagi ke rumah pukul 21.00 WIB. Siang mereka hanya berada di jalanan untuk membersihkan jalan meski tanpa ada pekerjaan yang lain. Panas terik dan debu selalu menyertai pekerjaan mereka, bahkan tidak jarang di antara mereka jatuh sakit karena cuaca yang tidak mendukung ini.
‘’Banyak sudah kawan saya yang sakit. Ada yang TBC ada yang demam panas dan bermacam-macam penyakit muncul. Alhamdulillah saya tidak ada masalah. Tapi tetap biaya pengobatan tidak ditanggung, dan kami bayar sendiri,’’ jelasnya saat ditemui masih mengenakan pakaian kuning sambil menutup wajah dengan kaos miliknya.
Karena belum juga menerima gaji, Indah mengaku terpaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pasalnya baik dia dan suami juga merupakan petugas kebersihan di dinas yang sama. Tidak hanya itu, karena uangnya tidak ada terkadang dia juga meminjam kepada saudaranya untuk keperluan hidup.
‘’Kami ini orang susah, kerja cuma ini. Mau kerja lain kami tidak mampu bersaing. Makanya kami harus tetap kerja walau belum dibayar. Kami hanya buruh lepas,’’ melasnya dengan tetap mengangkat sampah yang dikumpulkannya dengan keranjang yang digenggamnya di tangan kiri.
Terkait belum juga dibayarkan uang gaji mereka ini, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Mayulis Yahya tidak mau berbicara. Pasalnya, saat Riau Pos menghampiri kantor di Parit Indah tidak satupun pimpinan bisa ditemui. Tidak hanya itu, salah seorang staf mengaku tidak tahu ke mana pimpinannya pergi. Bahkan dicoba dihubungi melalui selularnya, justru tidak aktif.
Entah sampai kapan Pahlawan Adipura ini bertahan dengan perlakuan yang tidak pantas ini. Mereka disenut sebagai ujung tombak kota terbersih tapi gaji mereka justru tersendat tanpa ada kejelasan. ***
Untuk Makan Terpaksa Berhutang
22 Oktober 2009
11 klik Beritahu Teman
sumber; http://riaupos.com/berita.php?act=full&id=5503&kat=8
ISTIRAHAT: Penyapu jalan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan beristirahat melepas lelah di bawah pohon, beberapa waktu lalu.(DEDDY SUNGKONO/ RIAU POS)
Laporan ADRIAN EKO DESRILIANTO Kota
redaksi@riaupos.com
Kota Pekanbaru saat ini masih menggenggam piala Adipura sebagai supremasi kota terbersih. Namun hingga saat ini pahlawan kuning yang merupakan ujung tombak penghargaan tersebut masih tidak diperhatikan. Bahkan hingga saat ini upah kerja untuk bulan Agustus dan September belum dibayarkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Akibatnya mereka terpaksa berhutang untuk kehidupannya sehari-hari.
Nasib penyapu jalan yang merupakan petugas harian lepas di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pekanbaru kian tidak jelas. Mulai masalah gaji hingga tunjangan lainnya.
Padahal mereka harus keluar dengan menutup wajah untuk menahan sengatan panasnya matahari Kota Pekanbaru. Sebut saja namanya Indah (29) yang setiap harinya menjadi penyapu jalan di jalan protokol di Kota Bertuah ini. Hingga saat ini, honor kerjanya belum juga diterima. bahkan untuk bulan Agustus dan September masih belum jelas di mana dia mendapatkan honor yang merupakan hak mereka ini.
‘’Belum dapat lagi, masih begini-begini saja. Tapi saya tetap nyapu jalan. Pekanbaru mau jadi kota terbersih ke enam kalinya. Mau dipaksakan kita bisa buat apa, jadi pasrah saja,’’ ujarnya yang ditemui Riau Pos sambil mengais sampah dengan sapu lidi miliknya.
Indah bersama rekannya sudah bekerja sejak dua tahun yang lalu. Kejadian seperti penundaan gaji sudah kerap dirasakannya. Bahkan pada awal mereka bekerja gaji mereka justru jauh di bawah standar minimum gaji, yaitu Rp400 ribu. Apa lagi saat ini mereka dihargai dengan honor sebesar Rp800 ribu perbulan tetap saja belum bisa mereka rasakan. Padahal pekerjaan mereka tidak mudah dan penuh dengan tantangan.
Dia harus keluar dari rumahnya yang berada di Jalan Kartama pukul 04.40 WIB untuk memulai kerjanya. Lalu kembali lagi ke rumah pukul 21.00 WIB. Siang mereka hanya berada di jalanan untuk membersihkan jalan meski tanpa ada pekerjaan yang lain. Panas terik dan debu selalu menyertai pekerjaan mereka, bahkan tidak jarang di antara mereka jatuh sakit karena cuaca yang tidak mendukung ini.
‘’Banyak sudah kawan saya yang sakit. Ada yang TBC ada yang demam panas dan bermacam-macam penyakit muncul. Alhamdulillah saya tidak ada masalah. Tapi tetap biaya pengobatan tidak ditanggung, dan kami bayar sendiri,’’ jelasnya saat ditemui masih mengenakan pakaian kuning sambil menutup wajah dengan kaos miliknya.
Karena belum juga menerima gaji, Indah mengaku terpaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pasalnya baik dia dan suami juga merupakan petugas kebersihan di dinas yang sama. Tidak hanya itu, karena uangnya tidak ada terkadang dia juga meminjam kepada saudaranya untuk keperluan hidup.
‘’Kami ini orang susah, kerja cuma ini. Mau kerja lain kami tidak mampu bersaing. Makanya kami harus tetap kerja walau belum dibayar. Kami hanya buruh lepas,’’ melasnya dengan tetap mengangkat sampah yang dikumpulkannya dengan keranjang yang digenggamnya di tangan kiri.
Terkait belum juga dibayarkan uang gaji mereka ini, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Mayulis Yahya tidak mau berbicara. Pasalnya, saat Riau Pos menghampiri kantor di Parit Indah tidak satupun pimpinan bisa ditemui. Tidak hanya itu, salah seorang staf mengaku tidak tahu ke mana pimpinannya pergi. Bahkan dicoba dihubungi melalui selularnya, justru tidak aktif.
Entah sampai kapan Pahlawan Adipura ini bertahan dengan perlakuan yang tidak pantas ini. Mereka disenut sebagai ujung tombak kota terbersih tapi gaji mereka justru tersendat tanpa ada kejelasan. ***
Komentar