sumber: PNFI.depdiknas.go.id
Iklan Pendidikan Gratis Susahkan Guru PAUD
Selasa, 26 Mei 2009 13:03 WIB 0 Komentar
DENPASAR--MI: Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia atau Himpaudi Kota Denpasar, Ida Ayu Wedawati mengemukakan, iklan pendidikan gratis di sejumlah stasiun televisi saat ini cenderung menyusahkan guru PAUD.
"Kami ini diprotes oleh masyarakat karena masih menarik uang dari orang tua. Kalau seperti itu, kan susah kami. Lembaga PAUD ini banyak dikelola sendiri atau yayasan tanpa bantaun dari pemerintah," katanya saat ditemui di kawasan Sanur, Kota Denpasar, Selasa (26/5).
Kepala Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Werdhi Kumara, Sanur Kauh, Denpasar Selatan yang juga Wakil Ketua Himpaudi Provinsi Bali itu mengemukakan, pengelola pendidikan anak-anak yang tergolong 'usia emas' itu tidak mungkin tidak memungut dana dari orang tua.
"Untuk biaya operasional sekolah dan honor guru, kalau tidak menarik dana dari orang tua, dari mana lagi. Orang tua banyak protes setelah melihat iklan TV itu. Saya bilang pada orang tua, tanya ke TV-nya saja," kata lulusan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.
Menurut dia, seharusnya di iklan itu dicantumkan secara jelas bahwa yang digratiskan adalah pendidikn formal dari SD hingga SMP atau yang dikenal dengan wajib belajar (wajar) sembilan tahun.
"Kalau tidak dicantumkan secara jelas seperti itu, maka iklan gratis tersebut sama saja dengan membodohi masyarakat. Jangan bodohi masyarakat dengan iklan. Antara iklan di TV dengan kenyataan di masyarakat itu memang beda," katanya.
Selain iklan gratis, katanya, para orang tua juga tidak sedikit yang bertanya mengenai dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang juga sering muncul di media, khususnya televisi. Padahal BOS hanya diperuntukkan untuk pendidikan formal, sedangkan PAUD tidak ada.
"Ini kenyataan yang terjadi. Padahal seharusnya, lembaga PAUD ini lebih diperhatikan karena merupakan pendidikan yang sangat dasar untuk membentuk anak. Anak usia PAUD, 0-6 tahun ini adalah usia emas yang harus mendapatkan perhatian," ujarnya. (Ant/OL-04)
Iklan Pendidikan Gratis Susahkan Guru PAUD
Selasa, 26 Mei 2009 13:03 WIB 0 Komentar
DENPASAR--MI: Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia atau Himpaudi Kota Denpasar, Ida Ayu Wedawati mengemukakan, iklan pendidikan gratis di sejumlah stasiun televisi saat ini cenderung menyusahkan guru PAUD.
"Kami ini diprotes oleh masyarakat karena masih menarik uang dari orang tua. Kalau seperti itu, kan susah kami. Lembaga PAUD ini banyak dikelola sendiri atau yayasan tanpa bantaun dari pemerintah," katanya saat ditemui di kawasan Sanur, Kota Denpasar, Selasa (26/5).
Kepala Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Werdhi Kumara, Sanur Kauh, Denpasar Selatan yang juga Wakil Ketua Himpaudi Provinsi Bali itu mengemukakan, pengelola pendidikan anak-anak yang tergolong 'usia emas' itu tidak mungkin tidak memungut dana dari orang tua.
"Untuk biaya operasional sekolah dan honor guru, kalau tidak menarik dana dari orang tua, dari mana lagi. Orang tua banyak protes setelah melihat iklan TV itu. Saya bilang pada orang tua, tanya ke TV-nya saja," kata lulusan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.
Menurut dia, seharusnya di iklan itu dicantumkan secara jelas bahwa yang digratiskan adalah pendidikn formal dari SD hingga SMP atau yang dikenal dengan wajib belajar (wajar) sembilan tahun.
"Kalau tidak dicantumkan secara jelas seperti itu, maka iklan gratis tersebut sama saja dengan membodohi masyarakat. Jangan bodohi masyarakat dengan iklan. Antara iklan di TV dengan kenyataan di masyarakat itu memang beda," katanya.
Selain iklan gratis, katanya, para orang tua juga tidak sedikit yang bertanya mengenai dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang juga sering muncul di media, khususnya televisi. Padahal BOS hanya diperuntukkan untuk pendidikan formal, sedangkan PAUD tidak ada.
"Ini kenyataan yang terjadi. Padahal seharusnya, lembaga PAUD ini lebih diperhatikan karena merupakan pendidikan yang sangat dasar untuk membentuk anak. Anak usia PAUD, 0-6 tahun ini adalah usia emas yang harus mendapatkan perhatian," ujarnya. (Ant/OL-04)
Komentar