sumber; http://riaupos.com/main/index.php?mib=berita.detail&id=19871
Kamis, 06 Agustus 2009 , 08:57:00
ISPA Meningkat 300 Persen
Asap di Empat Daerah Makin Parah
TIDAK SEHAT: Kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru makin parah dan di ambang kategori sangat tidak sehat, Rabu (5/8/2009).(said mufit/riau pos)
PEKANBARU (RP) - Kondisi kabut asap di Provinsi Riau semakin parah, khususnya di pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Hasil pemantauan yang dilakukan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), empat daerah mengibarkan bendera merah atau kondisi udara dinyatakan sangat tidak sehat.
Manajer Komunikasi dan Hubungan Media PT CPI Hanafi Kadir mengatakan, empat daerah yang saat ini mengibarkan bendera merah adalah Rumbai, Minas, Duri Field dan Dumai. Berdasarkan pemantauan Rabu (5/8) pukul 07.00 WIB, Pollutant Standard Index (PSI) sebesar 225. Kondisi ini menandakan kualitas udara sangat tidak sehat. Hal yang sama juga terjadi di daerah Minas dengan PSI 217. “Daerah ini juga bendera merah dan sangat tidak sehat,’’ ujarnya.
Kondisi yang sama juga terjadi di Duri Field dengan PSI 256 dan Dumai dengan PSI 204. “Keempat daerah itu berdasarkan pemantauan pada pukul 07.00 WIB,’’ tuturnya.
Sementara untuk Duri Camp dikibarkan bendera kuning dengan PSI 172 dengan kualitas udara tidak sehat. Kondisi yang sama juga sempat terjadi di Pekanbaru Rabu (5/8). Data ISPU yang masuk pada pukul 15.00 WIB menyatakan kondisi udara Pekanbaru hampir mencapai pada sangat tidak sehat dengan nilai ISPU 199. Kosentrasi partikel yang dominan adalah debu (PM10) yang mencapai konsentrasi 1600 microgram/m3. “Dengan kandungan sebesar itu, tumbuhan akan terganggu melakuan fotosintesis karena tertutup debu. Begitu juga dengan manusia yang bernafas, tentu sakit karena ada partikel kasar masuk ke dalam tubuhnya,’’ ujar Kepala Laboratorium Udara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru Syahril.
Akibat memburuknya kualitas udara di Kota Duri kemarin, ribuan siswa SMAN 1 Mandau dan SMPN 2 Sebanga terpaksa diliburkan. Pagi itu mereka masih sempat belajar tiga jam pelajaran. Karena kondisi udara tak kunjung membaik, pihak sekolah terpaksa memulangkan siswa setelah mendapat instruksi dari Kepala UPT Dinas Pendidikan Mandau.
“Sebanyak 1.210 siswa terpaksa kita pulangkan setelah sempat belajar tiga jam pelajaran. Mereka diberi tugas untuk dikerjakan di rumah. Besok (hari ini, red) mereka tetap diminta datang. Apakah akan dipulangkan lagi, tergantung cuaca perkembangan cuaca,” ujar Irzaldi SPd Kepala SMAN 1 Mandau.
Kepala UPT Dinas Pendidikan Mandau Drs Kamaruddin MPd yang dikontak terpisah mengakui kalau pihaknya telah menginstruksikan kepada SMAN 1 Mandau dan SPMN 2 Sebanga untuk meliburkan siswanya karena kondisi kabut asap di tempat mereka terlihat membahayakan kesehatan. Mereka diminta mengganti jam pelajaran yang hilang di lain waktu. “Hanya dua sekolah itu yang minta muridnya diliburkan akibat parahnya kabut asap,” kata Kamaruddin.
ISPA Meningkat 300 Persen
Di Rumah Sakit Arifin Achmad kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut meningkat hampir 300 persen. Data yang diberikan Humas RSUD mengatakan bahwa pasien ISPA dari bulan Mei, Juni, Juli menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Di bulan Mei tercatat hanya satu orang pasien berumur 45 tahun menderita ISPA yang ditangani oleh RSUD. Juni, enam orang penderita ISPA terdiri dari tiga orang pasien berumur satu sampai lima tahun, satu pasien berumur di antara lima sampai dua puluh tahun, satu orang berumur dua puluh lima sampai empat puluh empat tahun dan satu orang lagi berumur diatas empat puluh lima tahun.
Di Bulan Juli, pasien meningkat sampai 23 orang. Pasien tersebut terdiri dari kategori umur satu sampai lima tahun yang paling banyak yaitu mencapai lima orang. Umur satu tahun ke bawah tercatat sebanyak tiga orang, umur lima sampai dua puluh tahun sebanyak tiga orang, umur dua puluh sampai empat puluh empat tahun juga tercatat sebanyak tiga orang sedangkan umur empat puluh lima tahun keatas juga ada tiga orang.
Sementara dari bulan Mei sampai Juni tidak ada pasien penyakit iritasi kulit dan iritasi mata karena kabut asap yang tercatat di RSUD. Sementara untuk penyakit konjungtivitis, tecatat hanyak di bulan Mei saja sebanyak empat orang.
Kepala Bagian Humas RSUD Arifin Achmad, Zainal Arifin MKes mengatakan bahwa untuk penyakit akibat kabut asap ini pihaknya sudah menyediakan tempat tidur, tenaga perawatan dan obat-obat yang diperlukan.
“Kami bukan preventif yang berarti kami di rumah sakit hanya bertugas memberikan perawatan dan kami sudah seiapkan hal-hal yang diperlukan untuk perawatan,’’ ujar Zainal.
Hingga saat ini, Dinas Kesehatan Provinsi Riau baru menerima laporan kasus ISPA dari Dumai dan Pekanbaru saja. Dari Kota Dumai laporan ISPA yang diterima hanya sampai pada pekan ke-28 sedangkan Kota Pekanbaru hanya sampai pekan ke-26.
“Mungkin dalam mengirimkan laporan pihak kabupaten dan kota mengalami masalah yang tidak kita ketahui. Bisa saja lambatnya laporan dari Puskesmas membuat mereka belum bisa mengirimkan laporan sampai sekarang,’’ ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau dr Mursal Amir, kemarin.
Tapi secara keseluruhan, hingga kemarin tercatat 4.471 kasus ISPA di Provinsi Riau. Pada periode yang sama di tahun 2008, kasus ISPA hanya ratusan kasus saja. Diskes sendiri saat ini merasa kewalahan memenuhi kebutuhan masyarakat akan masker. Stok masker sebanyak 20.000 buah diperuntukan tahun 2009 sudah habis. Sementara permintaan dari sekolah, kabupaten/kota masih memerlukan 20.000 buah masker.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau, Mursal Amir melalui Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Diskes Riau dr Erna Swadesi menjelaskan, kabut asap yang terjadi sekarang cukup memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Kabut asap yang mengandung partikel debu dan zat kimia lainnya akibat kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) ini, jelasnya, sangat cepat menyerang anak-anak balita dan orang lanjut usia.
Namun demikian, sambungnya, bukan berarti orang dewasa tidak terkenda dampak kabut asap ini. Berdasarkan data Diskes Riau, jumlah anak-anak yang terkena penyakit ISPA sebesar 50 persen, orang dewasa 20 persen, dan lanjut usia 30 persen. Dengan kata lain, saat ini perkecil keinginan untuk keluar rumah.
Di bagian lain, Ikatan Dokter Indonesia (IDI mengimbau semua masyarakat untuk menghindari sumber penyebab penyakit ISPA. “Jika bahaya rokok saja sudah ada kebijakan mana tempat yang boleh merokok dan mana yang tidak sementara sebagai orang yang tinggal di daerah ini, maka kita hanya bisa menghindari asap tersebut dengan tidak berada di luar rumah. Dengan demikian kami mengimbau pada masyarakat untuk tidak berada di luar rumah jika tidak ada hal yang sangat penting sekali,’’ Ketua IDI Wilayah Pekanbaru dr Nuzelli Husnedy MARS pada Riau Pos, Rabu (5/7).
Menurut Nuzelli, memang dia tidak pada domain untuk membuat keputusan agar semua masyarakat termasuk anak-anak sekolah untuk tetap berada di rumah tapi dia mengajak pada seluruh pihak untukbekerjasama untuk menghindari penyebab timbulnya penyakit ISPA.
Bandara Ditutup
Kabut asap ini kembali mengakibatkan Bandara Pinang Kampai Kota Dumai ditutup, Rabu (5/8). Jarak pandang yang hanya mencapai 500 meter otorotas bandara melakukan penutupan dari pagi hingga siang hari. Akibatnya dua penerbangan yang seharusnya landing terpaksa di cancel.
Bahkan karena belum ada perkembangan jarak pandang membaik dan akhirnya pihak bandara mengambil kebijakan meniadakan aktivitas penerbangan.
Yang jelas jika jarak pandang tidak mencapai 2.000 meter dengan sendirinya pihak maskapai penerbangan mengetahui, bahwa sangat berbahaya untuk melakukan pendaratan peswat secara manual, karena di bandara pinang kampai masih menggunakan system manual untuk pendaratan pesawat, maka pihak bandara tidak mau mengambil risiko jika jarak pandang tidak sampai 2.000 meter ke atas,’’ ujar Kepala Bandara Pinang Kampai Dumai Edi Sukiatnedi, Rabu (5/8).
Sementara hasil monitoring satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18, Rabu (5/8) pukul 13.30 WIB, yang dirilis stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru terdeteksi lima titik api di wilayah Riau. Kelima titik itu terpatau di Pelalawan dua titik dan Inhu tiga titik. Jumlah ini jauh menurun dibandingkan sehari sebelumnya dengan 19 titik api. Meski menurun, namun produksi asap kemarin masih saja sama dengan sebelumnya.
Kepala BMKG Pekanbaru Philip Mustamu menyebutkan, asap yang terjadi tidak hanya produksi dari Riau saja, akan tetapi merupakan kiriman dari provinsi tetangga. Seperti dari Jambi ditemukan 12 titik, Aceh satu titik dan Sumsel lima titik. “Titik api untuk Riau memang menurun, tapi untuk produksi asap masih saja tebal seperti sebelumnya. Ini diakibatkan karena asap kiriman provinsi tetangga tetap memberikan dampak buruk terhadap cuaca Riau,’’ kata Philip kepada Riau Pos.
Selain itu juga, minimnya curah hujan yang turun dan panasnya suhu udara yang terjadi membuat penyulutan tetap terjadi bahkan masih bisa bertambah. Sementara itu, untuk hembusan angin masih bertiup dari arah tenggara hingga barat daya dengan kecepatan 5 sampai 25 kilometer per jam. ‘’Meski akan ada curah hujan, namun intensitasnya ringan dan masih mungkin terjadi di wilayah Riau,’’ tambahnya.
Terkait kondisi ini, Kepala Laboratorium Udara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru Syahril menghimbau warga untuk berhati-hati. “Kosentrasi tidak sehat saja manusia yang sensitif mudah terkena penyakit ISPA. Apalagi dengan kondisi udara sangat tidak sehat, orang yang sehat bisa dengan mudah terserang ISPA,’’ jelasnya.
Selama 2009, angka Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau menunjukan angka cukup tinggi. Berdasarkan data BMKG Pekanbaru, tercatat 3.001 titik api terpantau.
Dari jumlah tersebut, angka paling tertinggi tercatat pada 4 Juli 2009 sebanyak 141 titik api. Jumlah titik apai ini terdapat di lahan perkebunan, hutan produksi terbatas (HPT), hutan lindung dan lahan masyarakat.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau Fadrizal Labai menyebutkan, Karhutla yang terjadi memang sangat berdampak pada kehidupan masyarakat di Riau. Permasalahan ini terjadi karena, beberapa oknum masyarakat yang tidak pernah perduli dengan ekosistem yang ada disekeliling mereka.
Di tempat terpisah Kasi Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Said Nurjaya mengatakan, petugas Dishut Riau bersama dengan aparat kepolisian dan TNI sudah melakukan penelusuran mencari pelaku pembakaran di Riau. Petugas di lapangan juga sudah melaksanakan tugasnya melakukan pemadaman api yang terjadi sekarang ini. Hanya saja diakuinya, ada beberapa daerah yang masih terjadi karena lahan di lokasi kebakaran gambut seperti Kabupaten Siak, Bengkalis, Pelalawan, Rohul, Rohil, dan Kabupaten Kampar. Kemudian daerah lainnya, Kota Pekanbaru dan Dumai.
Perusahaan Diminta Jaga Kawasan Hutan dan Lahan
Menyikapi kondisi ini, Gubernur Riau (Gubri) HM Rusli Zainal melalui Kepala Biro Humas Sekdaprov Riau Zulkarnain Kadir mengatakan, kabut asap yang ada di Riau juga berasal dari daerah tetangga seperti Jambi.
Gubri mengaku sangat prihatin dengan kondisi kabut asap yang terus melanda Bumi Lancang Kuning.
Kebakaran lahan yang dilakukan baik secara sengaja atau bersifat alami, menurut dia, perlu mendapatkan perhatian serius oleh masyarakat Riau.
‘’Kabut asap ini merupakan kiriman dari luar daerah. Namun begitu, memang ada lahan yang terbakar di Riau. Tapi, luas lahan yang terbakar tidak begitu luas,’’ ujarnya kepada Riau Pos, kemarin.
Namun demikian, permasalahan kabut asap ini tetap menjadi perhatian serius seluruh instansi terkait di daerah. Pusat Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan (Pusdakarhutla) Riau, sebutnya, sudah diturunkan memadamkan lahan yang masih terbakar.
Gubri juga mengingatkan kepada perusahaan yang memiliki kawasan hutan dan lahan untuk tetap mengawasinya. Jangan sampai terjadi kebakaran. Langkah ini, menurut dia lagi, harus dilaksanakan sedemikian rupa.
Bukan hanya itu, Gubri meminta, perusahaan juga memperhatikan daerah operasional mereka. Bila terjadi kebakaran hendaknya bisa melakukan pemadaman secara bersama dengan pemerintah.
‘’Dana penanggulangan Karhutla memang ada. Tapi saya lupa jumlah pastinya. Dana ini ada di BLH dan Dishut Riau. Saya rasa sudah dipergunakan. Dua instansi ini harus jelilah melihat situasi sekarang,’’ ujarnya.
Langkah Konkrit Atasi Asap
Menyikapi kondisi kabut asap yang terjadi saat ini, kalangan DPRD Riau meminta tindakan kongkrit yang dilakukan Pemerintah Provinsi Riau maupun pemerintah kabupaten/kota. Hal ini dikemukakan Ketua Komisi D DPRD Riau Ir Fendri Jaswir kepada Riau Pos, kemarin.
Pemprov, katanya, bisa memberikan tindakan kongkrit dengan melakukan pemadaman kebakaran dengan mengintruksikan mulai jajaran Pemprov Riau, bupati/wali kota hingga desa-desa.
‘’Seharusnya sudah ada tindakan kongrit dalam menanggulangi kabut asap ini dengan berkoordinasi secara tegas antara Pemprov dan jajarannya dengan bupati/wali kota hingga ke desa-desa. Tapi seolah-olah, persoalan ini dianggap biasa dengan dibiarkan padahal dampaknya sangat luar biasa sampai sampai pendidikan diliburkan. Pengaduan masyarakat baik secara langsung, telepon seluler maupun facebook, juga banyak disampaikan,’’ terangnya.
Anggota DPRD Riau lainnya, Syamsul Hidayah Kahar juga meminta agar diambil tindakan yang lebih kongkrit dalam menanggulangi kabut asap. Kebakaran hutan dan lahan secara luas, menurutnya tidak akan mungkin dilakukan oleh masyarakat sehingga bisa diindikasikan dilakukan oleh perusahaan. Pemerintah katanya bisa mengumpulkan perusahaan di bidang perkebunan dan meminta kembali komitmen mereka.
‘’Kebakaran hutan dan lahan sudah menjadi-jadi dan ini tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat. Lahan dibakar seluas itu, tentunya diorganisir secara besar,’’ terang anggota Komisi B ini.
Anggota C DPRD Riau, Syafruddin Saan menyebutkan hal yang tidak jauh berbeda. Ia menilai, karena sudah menjadi musibah yang selalu terjadi setiap tahun, seharusnya sudah ada tindakan meminimalisir, bukan malah makin menjadi-jadi.
‘’Sudah selalu terjadi, seharusnya sudah banyak diambil pelajaran. Tapi sampai sekarang kan upaya selalu tidak berhasil. SDM kan bisa diciptakan dan dilatih dan dianggarkan melalui anggaran pemerintah,’’ tuturnya.
Sementara Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi meminta aparat penegak hukum agar tegas terhadap pembakar lahan. Ia menilai penegak hukum selama ini kurang tegas, terhadap kasus pembakaran lahan yang marak terjadi di Pekanbaru. “Kan bisa di panggil pemilik lahannya. Siapa saja yang mempunyai lahan tersebut, apakah dia perusahaan atau perorangan. Aparat penegak hukum kurang tegas selama ini,’’ terang Ayat Cahyadi.
Ayat mengatakan walaupun Pekanbaru, tidak mempunyai hutan. Namun kebakaran lahan yang terjadi di Pekanbaru turut bersumbangsih terhadap buruknya kualitas udara Pekanbaru. Ia juga merisaukan efek yang terjadi akibat kabut asap yang melanda. Diakuinya, saat ini tak terasa efeknya, namun dalam jangka panjang akan terasa efeknya. Terlebih anak-anak yang berpotensi terserang berbagai penyakit akibat asap.
“Berapa banyak kerugian yang diakibatkan asap ini. Tak hanya biaya pengobatan akibat ISPA tetapi juga kerugian akan kesehatan,’’ tambahnya.
Wako Panggil Diskes dan BLH
Di bagian lain, Wali Kota Pekanbaru Drs H Herman Abdullah memanggil Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Plt Kadiskes, kemarin. Dalam kesempatan tersebut Herman Abdullah mendesak BLH dan Diskes mengambil kebijakan secepatnya terkait kasus asap yang sudah masuk kategori tidak sehat.
“Saya sudah meminta BLH dan Diskes melakukan kajian, jika udara tak sehat selama dua hari ini, maka wajib sekolah diliburkan. Tapi mereka janji akan mengkaji dulu, sebab saat sekarang kasus asap di Pekanbaru belum KLB,’’ ucap Herman Abdullah.
Dari pertemuan itu juga disepakati seluruh petugas penyapu jalan atau pembersih taman wajib memakai masker. “Bagaimana caranya dapatkan masker itu terserah mereka. Yang jelas saya sudah instruksikan kepada DKP agar mereka menyediakan 1.000 masker untuk penyapu jalan,’’ ucap Herman Abdullah.
Plt Kadiskes dr Rini Hermiyati mengatakan, untuk saat sekarang kadar udara tidak sehat. “Jadi bukan sangat tak sehat. Karena ISPU baru menunjukan angka dibawah 200. Jadi bukan KLB, saat sekarang hanya tak dibenarkan saja beraktifitas di luar rumah atau diluar kelas bagi anak sekolah,’’ ucapnya.
Kepala BLH Kota Pekanbaru Ir Dedi Gusriadi mengatakan, ISPU baru menunjukan angka 152, jadi masih dalam tahap tak sehat. ‘’Jadi bukan sangat tak sehat,’’ kata Dedi Gusriadi.
Soal kekurangan masker, menurut Dedi, sudah tertutupi dengan disuplai 1.200 masker dari BLH ke Diskes. ‘’Jika kekurangan maka tak menutup kemungkinan maka dilakukan permintaan melalui anggaran tak terduga sebesar Rp1 miliar tersebut,’’ ucapnya.
Soal anggaran tak terduga itu, Kabag Keuangan Kota Pekanbaru Dasrizal mengungkapkan sampai sekarang belum terpakai sedikitpun. ‘’Tapi jika dalam keadaan sekarang ada mengusulkan meminta anggaran itu terutama untuk pencegahan asap, tentu bisa dikeluarkan atau dicairkan. Hanya saja sampai sekarang belum ada Satker mengajukan anggaran untuk itu,’’ ucapnya.
Sementara Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru memberika kebebasan ke setiap sekolah untuk meliburkan aktivitas belajar dan mengajar terkait kabut asap. Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Yuzamri Yakub melalui Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah Syafrudin Ak mengatakan, hal itu dilakukan dengan catatan daerah tersebut berada di daerah yang kabut asapnya tebal seperti Rumbai.(gem/cr1/cr2/hpz/cr3/esi/sda/cr9/zar/fia)
Kamis, 06 Agustus 2009 , 08:57:00
ISPA Meningkat 300 Persen
Asap di Empat Daerah Makin Parah
TIDAK SEHAT: Kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru makin parah dan di ambang kategori sangat tidak sehat, Rabu (5/8/2009).(said mufit/riau pos)
PEKANBARU (RP) - Kondisi kabut asap di Provinsi Riau semakin parah, khususnya di pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Hasil pemantauan yang dilakukan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), empat daerah mengibarkan bendera merah atau kondisi udara dinyatakan sangat tidak sehat.
Manajer Komunikasi dan Hubungan Media PT CPI Hanafi Kadir mengatakan, empat daerah yang saat ini mengibarkan bendera merah adalah Rumbai, Minas, Duri Field dan Dumai. Berdasarkan pemantauan Rabu (5/8) pukul 07.00 WIB, Pollutant Standard Index (PSI) sebesar 225. Kondisi ini menandakan kualitas udara sangat tidak sehat. Hal yang sama juga terjadi di daerah Minas dengan PSI 217. “Daerah ini juga bendera merah dan sangat tidak sehat,’’ ujarnya.
Kondisi yang sama juga terjadi di Duri Field dengan PSI 256 dan Dumai dengan PSI 204. “Keempat daerah itu berdasarkan pemantauan pada pukul 07.00 WIB,’’ tuturnya.
Sementara untuk Duri Camp dikibarkan bendera kuning dengan PSI 172 dengan kualitas udara tidak sehat. Kondisi yang sama juga sempat terjadi di Pekanbaru Rabu (5/8). Data ISPU yang masuk pada pukul 15.00 WIB menyatakan kondisi udara Pekanbaru hampir mencapai pada sangat tidak sehat dengan nilai ISPU 199. Kosentrasi partikel yang dominan adalah debu (PM10) yang mencapai konsentrasi 1600 microgram/m3. “Dengan kandungan sebesar itu, tumbuhan akan terganggu melakuan fotosintesis karena tertutup debu. Begitu juga dengan manusia yang bernafas, tentu sakit karena ada partikel kasar masuk ke dalam tubuhnya,’’ ujar Kepala Laboratorium Udara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru Syahril.
Akibat memburuknya kualitas udara di Kota Duri kemarin, ribuan siswa SMAN 1 Mandau dan SMPN 2 Sebanga terpaksa diliburkan. Pagi itu mereka masih sempat belajar tiga jam pelajaran. Karena kondisi udara tak kunjung membaik, pihak sekolah terpaksa memulangkan siswa setelah mendapat instruksi dari Kepala UPT Dinas Pendidikan Mandau.
“Sebanyak 1.210 siswa terpaksa kita pulangkan setelah sempat belajar tiga jam pelajaran. Mereka diberi tugas untuk dikerjakan di rumah. Besok (hari ini, red) mereka tetap diminta datang. Apakah akan dipulangkan lagi, tergantung cuaca perkembangan cuaca,” ujar Irzaldi SPd Kepala SMAN 1 Mandau.
Kepala UPT Dinas Pendidikan Mandau Drs Kamaruddin MPd yang dikontak terpisah mengakui kalau pihaknya telah menginstruksikan kepada SMAN 1 Mandau dan SPMN 2 Sebanga untuk meliburkan siswanya karena kondisi kabut asap di tempat mereka terlihat membahayakan kesehatan. Mereka diminta mengganti jam pelajaran yang hilang di lain waktu. “Hanya dua sekolah itu yang minta muridnya diliburkan akibat parahnya kabut asap,” kata Kamaruddin.
ISPA Meningkat 300 Persen
Di Rumah Sakit Arifin Achmad kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut meningkat hampir 300 persen. Data yang diberikan Humas RSUD mengatakan bahwa pasien ISPA dari bulan Mei, Juni, Juli menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Di bulan Mei tercatat hanya satu orang pasien berumur 45 tahun menderita ISPA yang ditangani oleh RSUD. Juni, enam orang penderita ISPA terdiri dari tiga orang pasien berumur satu sampai lima tahun, satu pasien berumur di antara lima sampai dua puluh tahun, satu orang berumur dua puluh lima sampai empat puluh empat tahun dan satu orang lagi berumur diatas empat puluh lima tahun.
Di Bulan Juli, pasien meningkat sampai 23 orang. Pasien tersebut terdiri dari kategori umur satu sampai lima tahun yang paling banyak yaitu mencapai lima orang. Umur satu tahun ke bawah tercatat sebanyak tiga orang, umur lima sampai dua puluh tahun sebanyak tiga orang, umur dua puluh sampai empat puluh empat tahun juga tercatat sebanyak tiga orang sedangkan umur empat puluh lima tahun keatas juga ada tiga orang.
Sementara dari bulan Mei sampai Juni tidak ada pasien penyakit iritasi kulit dan iritasi mata karena kabut asap yang tercatat di RSUD. Sementara untuk penyakit konjungtivitis, tecatat hanyak di bulan Mei saja sebanyak empat orang.
Kepala Bagian Humas RSUD Arifin Achmad, Zainal Arifin MKes mengatakan bahwa untuk penyakit akibat kabut asap ini pihaknya sudah menyediakan tempat tidur, tenaga perawatan dan obat-obat yang diperlukan.
“Kami bukan preventif yang berarti kami di rumah sakit hanya bertugas memberikan perawatan dan kami sudah seiapkan hal-hal yang diperlukan untuk perawatan,’’ ujar Zainal.
Hingga saat ini, Dinas Kesehatan Provinsi Riau baru menerima laporan kasus ISPA dari Dumai dan Pekanbaru saja. Dari Kota Dumai laporan ISPA yang diterima hanya sampai pada pekan ke-28 sedangkan Kota Pekanbaru hanya sampai pekan ke-26.
“Mungkin dalam mengirimkan laporan pihak kabupaten dan kota mengalami masalah yang tidak kita ketahui. Bisa saja lambatnya laporan dari Puskesmas membuat mereka belum bisa mengirimkan laporan sampai sekarang,’’ ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau dr Mursal Amir, kemarin.
Tapi secara keseluruhan, hingga kemarin tercatat 4.471 kasus ISPA di Provinsi Riau. Pada periode yang sama di tahun 2008, kasus ISPA hanya ratusan kasus saja. Diskes sendiri saat ini merasa kewalahan memenuhi kebutuhan masyarakat akan masker. Stok masker sebanyak 20.000 buah diperuntukan tahun 2009 sudah habis. Sementara permintaan dari sekolah, kabupaten/kota masih memerlukan 20.000 buah masker.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau, Mursal Amir melalui Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Diskes Riau dr Erna Swadesi menjelaskan, kabut asap yang terjadi sekarang cukup memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Kabut asap yang mengandung partikel debu dan zat kimia lainnya akibat kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) ini, jelasnya, sangat cepat menyerang anak-anak balita dan orang lanjut usia.
Namun demikian, sambungnya, bukan berarti orang dewasa tidak terkenda dampak kabut asap ini. Berdasarkan data Diskes Riau, jumlah anak-anak yang terkena penyakit ISPA sebesar 50 persen, orang dewasa 20 persen, dan lanjut usia 30 persen. Dengan kata lain, saat ini perkecil keinginan untuk keluar rumah.
Di bagian lain, Ikatan Dokter Indonesia (IDI mengimbau semua masyarakat untuk menghindari sumber penyebab penyakit ISPA. “Jika bahaya rokok saja sudah ada kebijakan mana tempat yang boleh merokok dan mana yang tidak sementara sebagai orang yang tinggal di daerah ini, maka kita hanya bisa menghindari asap tersebut dengan tidak berada di luar rumah. Dengan demikian kami mengimbau pada masyarakat untuk tidak berada di luar rumah jika tidak ada hal yang sangat penting sekali,’’ Ketua IDI Wilayah Pekanbaru dr Nuzelli Husnedy MARS pada Riau Pos, Rabu (5/7).
Menurut Nuzelli, memang dia tidak pada domain untuk membuat keputusan agar semua masyarakat termasuk anak-anak sekolah untuk tetap berada di rumah tapi dia mengajak pada seluruh pihak untukbekerjasama untuk menghindari penyebab timbulnya penyakit ISPA.
Bandara Ditutup
Kabut asap ini kembali mengakibatkan Bandara Pinang Kampai Kota Dumai ditutup, Rabu (5/8). Jarak pandang yang hanya mencapai 500 meter otorotas bandara melakukan penutupan dari pagi hingga siang hari. Akibatnya dua penerbangan yang seharusnya landing terpaksa di cancel.
Bahkan karena belum ada perkembangan jarak pandang membaik dan akhirnya pihak bandara mengambil kebijakan meniadakan aktivitas penerbangan.
Yang jelas jika jarak pandang tidak mencapai 2.000 meter dengan sendirinya pihak maskapai penerbangan mengetahui, bahwa sangat berbahaya untuk melakukan pendaratan peswat secara manual, karena di bandara pinang kampai masih menggunakan system manual untuk pendaratan pesawat, maka pihak bandara tidak mau mengambil risiko jika jarak pandang tidak sampai 2.000 meter ke atas,’’ ujar Kepala Bandara Pinang Kampai Dumai Edi Sukiatnedi, Rabu (5/8).
Sementara hasil monitoring satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18, Rabu (5/8) pukul 13.30 WIB, yang dirilis stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru terdeteksi lima titik api di wilayah Riau. Kelima titik itu terpatau di Pelalawan dua titik dan Inhu tiga titik. Jumlah ini jauh menurun dibandingkan sehari sebelumnya dengan 19 titik api. Meski menurun, namun produksi asap kemarin masih saja sama dengan sebelumnya.
Kepala BMKG Pekanbaru Philip Mustamu menyebutkan, asap yang terjadi tidak hanya produksi dari Riau saja, akan tetapi merupakan kiriman dari provinsi tetangga. Seperti dari Jambi ditemukan 12 titik, Aceh satu titik dan Sumsel lima titik. “Titik api untuk Riau memang menurun, tapi untuk produksi asap masih saja tebal seperti sebelumnya. Ini diakibatkan karena asap kiriman provinsi tetangga tetap memberikan dampak buruk terhadap cuaca Riau,’’ kata Philip kepada Riau Pos.
Selain itu juga, minimnya curah hujan yang turun dan panasnya suhu udara yang terjadi membuat penyulutan tetap terjadi bahkan masih bisa bertambah. Sementara itu, untuk hembusan angin masih bertiup dari arah tenggara hingga barat daya dengan kecepatan 5 sampai 25 kilometer per jam. ‘’Meski akan ada curah hujan, namun intensitasnya ringan dan masih mungkin terjadi di wilayah Riau,’’ tambahnya.
Terkait kondisi ini, Kepala Laboratorium Udara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru Syahril menghimbau warga untuk berhati-hati. “Kosentrasi tidak sehat saja manusia yang sensitif mudah terkena penyakit ISPA. Apalagi dengan kondisi udara sangat tidak sehat, orang yang sehat bisa dengan mudah terserang ISPA,’’ jelasnya.
Selama 2009, angka Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau menunjukan angka cukup tinggi. Berdasarkan data BMKG Pekanbaru, tercatat 3.001 titik api terpantau.
Dari jumlah tersebut, angka paling tertinggi tercatat pada 4 Juli 2009 sebanyak 141 titik api. Jumlah titik apai ini terdapat di lahan perkebunan, hutan produksi terbatas (HPT), hutan lindung dan lahan masyarakat.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau Fadrizal Labai menyebutkan, Karhutla yang terjadi memang sangat berdampak pada kehidupan masyarakat di Riau. Permasalahan ini terjadi karena, beberapa oknum masyarakat yang tidak pernah perduli dengan ekosistem yang ada disekeliling mereka.
Di tempat terpisah Kasi Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Said Nurjaya mengatakan, petugas Dishut Riau bersama dengan aparat kepolisian dan TNI sudah melakukan penelusuran mencari pelaku pembakaran di Riau. Petugas di lapangan juga sudah melaksanakan tugasnya melakukan pemadaman api yang terjadi sekarang ini. Hanya saja diakuinya, ada beberapa daerah yang masih terjadi karena lahan di lokasi kebakaran gambut seperti Kabupaten Siak, Bengkalis, Pelalawan, Rohul, Rohil, dan Kabupaten Kampar. Kemudian daerah lainnya, Kota Pekanbaru dan Dumai.
Perusahaan Diminta Jaga Kawasan Hutan dan Lahan
Menyikapi kondisi ini, Gubernur Riau (Gubri) HM Rusli Zainal melalui Kepala Biro Humas Sekdaprov Riau Zulkarnain Kadir mengatakan, kabut asap yang ada di Riau juga berasal dari daerah tetangga seperti Jambi.
Gubri mengaku sangat prihatin dengan kondisi kabut asap yang terus melanda Bumi Lancang Kuning.
Kebakaran lahan yang dilakukan baik secara sengaja atau bersifat alami, menurut dia, perlu mendapatkan perhatian serius oleh masyarakat Riau.
‘’Kabut asap ini merupakan kiriman dari luar daerah. Namun begitu, memang ada lahan yang terbakar di Riau. Tapi, luas lahan yang terbakar tidak begitu luas,’’ ujarnya kepada Riau Pos, kemarin.
Namun demikian, permasalahan kabut asap ini tetap menjadi perhatian serius seluruh instansi terkait di daerah. Pusat Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan (Pusdakarhutla) Riau, sebutnya, sudah diturunkan memadamkan lahan yang masih terbakar.
Gubri juga mengingatkan kepada perusahaan yang memiliki kawasan hutan dan lahan untuk tetap mengawasinya. Jangan sampai terjadi kebakaran. Langkah ini, menurut dia lagi, harus dilaksanakan sedemikian rupa.
Bukan hanya itu, Gubri meminta, perusahaan juga memperhatikan daerah operasional mereka. Bila terjadi kebakaran hendaknya bisa melakukan pemadaman secara bersama dengan pemerintah.
‘’Dana penanggulangan Karhutla memang ada. Tapi saya lupa jumlah pastinya. Dana ini ada di BLH dan Dishut Riau. Saya rasa sudah dipergunakan. Dua instansi ini harus jelilah melihat situasi sekarang,’’ ujarnya.
Langkah Konkrit Atasi Asap
Menyikapi kondisi kabut asap yang terjadi saat ini, kalangan DPRD Riau meminta tindakan kongkrit yang dilakukan Pemerintah Provinsi Riau maupun pemerintah kabupaten/kota. Hal ini dikemukakan Ketua Komisi D DPRD Riau Ir Fendri Jaswir kepada Riau Pos, kemarin.
Pemprov, katanya, bisa memberikan tindakan kongkrit dengan melakukan pemadaman kebakaran dengan mengintruksikan mulai jajaran Pemprov Riau, bupati/wali kota hingga desa-desa.
‘’Seharusnya sudah ada tindakan kongrit dalam menanggulangi kabut asap ini dengan berkoordinasi secara tegas antara Pemprov dan jajarannya dengan bupati/wali kota hingga ke desa-desa. Tapi seolah-olah, persoalan ini dianggap biasa dengan dibiarkan padahal dampaknya sangat luar biasa sampai sampai pendidikan diliburkan. Pengaduan masyarakat baik secara langsung, telepon seluler maupun facebook, juga banyak disampaikan,’’ terangnya.
Anggota DPRD Riau lainnya, Syamsul Hidayah Kahar juga meminta agar diambil tindakan yang lebih kongkrit dalam menanggulangi kabut asap. Kebakaran hutan dan lahan secara luas, menurutnya tidak akan mungkin dilakukan oleh masyarakat sehingga bisa diindikasikan dilakukan oleh perusahaan. Pemerintah katanya bisa mengumpulkan perusahaan di bidang perkebunan dan meminta kembali komitmen mereka.
‘’Kebakaran hutan dan lahan sudah menjadi-jadi dan ini tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat. Lahan dibakar seluas itu, tentunya diorganisir secara besar,’’ terang anggota Komisi B ini.
Anggota C DPRD Riau, Syafruddin Saan menyebutkan hal yang tidak jauh berbeda. Ia menilai, karena sudah menjadi musibah yang selalu terjadi setiap tahun, seharusnya sudah ada tindakan meminimalisir, bukan malah makin menjadi-jadi.
‘’Sudah selalu terjadi, seharusnya sudah banyak diambil pelajaran. Tapi sampai sekarang kan upaya selalu tidak berhasil. SDM kan bisa diciptakan dan dilatih dan dianggarkan melalui anggaran pemerintah,’’ tuturnya.
Sementara Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi meminta aparat penegak hukum agar tegas terhadap pembakar lahan. Ia menilai penegak hukum selama ini kurang tegas, terhadap kasus pembakaran lahan yang marak terjadi di Pekanbaru. “Kan bisa di panggil pemilik lahannya. Siapa saja yang mempunyai lahan tersebut, apakah dia perusahaan atau perorangan. Aparat penegak hukum kurang tegas selama ini,’’ terang Ayat Cahyadi.
Ayat mengatakan walaupun Pekanbaru, tidak mempunyai hutan. Namun kebakaran lahan yang terjadi di Pekanbaru turut bersumbangsih terhadap buruknya kualitas udara Pekanbaru. Ia juga merisaukan efek yang terjadi akibat kabut asap yang melanda. Diakuinya, saat ini tak terasa efeknya, namun dalam jangka panjang akan terasa efeknya. Terlebih anak-anak yang berpotensi terserang berbagai penyakit akibat asap.
“Berapa banyak kerugian yang diakibatkan asap ini. Tak hanya biaya pengobatan akibat ISPA tetapi juga kerugian akan kesehatan,’’ tambahnya.
Wako Panggil Diskes dan BLH
Di bagian lain, Wali Kota Pekanbaru Drs H Herman Abdullah memanggil Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Plt Kadiskes, kemarin. Dalam kesempatan tersebut Herman Abdullah mendesak BLH dan Diskes mengambil kebijakan secepatnya terkait kasus asap yang sudah masuk kategori tidak sehat.
“Saya sudah meminta BLH dan Diskes melakukan kajian, jika udara tak sehat selama dua hari ini, maka wajib sekolah diliburkan. Tapi mereka janji akan mengkaji dulu, sebab saat sekarang kasus asap di Pekanbaru belum KLB,’’ ucap Herman Abdullah.
Dari pertemuan itu juga disepakati seluruh petugas penyapu jalan atau pembersih taman wajib memakai masker. “Bagaimana caranya dapatkan masker itu terserah mereka. Yang jelas saya sudah instruksikan kepada DKP agar mereka menyediakan 1.000 masker untuk penyapu jalan,’’ ucap Herman Abdullah.
Plt Kadiskes dr Rini Hermiyati mengatakan, untuk saat sekarang kadar udara tidak sehat. “Jadi bukan sangat tak sehat. Karena ISPU baru menunjukan angka dibawah 200. Jadi bukan KLB, saat sekarang hanya tak dibenarkan saja beraktifitas di luar rumah atau diluar kelas bagi anak sekolah,’’ ucapnya.
Kepala BLH Kota Pekanbaru Ir Dedi Gusriadi mengatakan, ISPU baru menunjukan angka 152, jadi masih dalam tahap tak sehat. ‘’Jadi bukan sangat tak sehat,’’ kata Dedi Gusriadi.
Soal kekurangan masker, menurut Dedi, sudah tertutupi dengan disuplai 1.200 masker dari BLH ke Diskes. ‘’Jika kekurangan maka tak menutup kemungkinan maka dilakukan permintaan melalui anggaran tak terduga sebesar Rp1 miliar tersebut,’’ ucapnya.
Soal anggaran tak terduga itu, Kabag Keuangan Kota Pekanbaru Dasrizal mengungkapkan sampai sekarang belum terpakai sedikitpun. ‘’Tapi jika dalam keadaan sekarang ada mengusulkan meminta anggaran itu terutama untuk pencegahan asap, tentu bisa dikeluarkan atau dicairkan. Hanya saja sampai sekarang belum ada Satker mengajukan anggaran untuk itu,’’ ucapnya.
Sementara Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru memberika kebebasan ke setiap sekolah untuk meliburkan aktivitas belajar dan mengajar terkait kabut asap. Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Yuzamri Yakub melalui Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah Syafrudin Ak mengatakan, hal itu dilakukan dengan catatan daerah tersebut berada di daerah yang kabut asapnya tebal seperti Rumbai.(gem/cr1/cr2/hpz/cr3/esi/sda/cr9/zar/fia)
Komentar