Langsung ke konten utama

BERITA UAN 2009 RIAU

KUANSING "TERBAIK" DAN INHU "TERBURUK"....


=================
Sumber: http://www.riaupos.com/main/index.php?mib=berita.detail&id=14611

Selasa, 16 Juni 2009 , 08:41:00
Kuansing Terbaik Kelulusan SMA

PEKANBARU (RP) - Hasil Ujian Nasional (UN) SMA/MA/SMK seluruh Riau tahun ajaran 2009, diumumkan secara serentak Senin (15/6) sore. Dari total 50.694 peserta UN Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah (SMA/MA), sebanyak 2.008 di antaranya dinyatakan tidak lulus. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diikuti 11.728 siswa, belum diketahui secara persis berapa jumlah siswa yang dinyatakan tidak lulus.

Secara rinci, dari 50.694 siswa yang mengikuti UN tingkat SMA/MA tersebut, sebanyak 42.694 orang di antaranya adalah peserta dari SMA, sedangkan 8.011 sisanya peserta dari MA. Total peserta yang mengikuti UN jenjang pendidikan SLTA se-Riau adalah 62.422 orang bila ditambah dengan SMK. Sementara secara persentase, kelulusan SMA/MA di seluruh Riau tahun 2009 ini adalah 96,04 persen. Sedangkan tidak lulus 3,96 persen.

Sekretaris Panitia UN Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau Dra Dewi Riawati Andamari ditemui Senin (15/6) menyebutkan, bila dihitung secara persentase, jumlah kelulusan dibandingkan dengan siswa yang tak lulus UN, untuk SMA adalah sebanyak 97,5 persen sedangkan MA 92 persen. Akan halnya SMK belum diketahui berapa persentase kelulusan.

Khusus untuk SMA, dibanding tahun lalu terjadi peningkatan angka kelulusan. Sebab tahun lalu kelulusan SMA hanya 96 persen, sedangkan tahun 2009 ini 97,5 persen.

Peserta UN SMA ini terdiri atas tiga jurusan yakni IPA, IPS dan Bahasa. Sedangkan MA empat jurusan, selain IPA, IPS dan Bahasa, masih ditambah lagi dengan Agama. Tingkat kelulusan untuk setiap jurusan juga berbeda.

Untuk SMA misalnya, jurusan IPA diikuti 15.652 peserta. Dari jumlah itu, 203 orang (1,3 persen) di antaranya tak lulus. Sedangkan IPS diikuti oleh sebanyak 26.844 peserta. Dari jumlah ini 1.180 orang (4,4 persen) di antaranya dinyatakan tidak lulus. Terakhir jurusan Bahasa diikuti 187 peserta dan 46 orang (24,6 persen) dinyatakan tak lulus.

Sementara untuk MA, jurusan IPA diikuti 1.711 peserta dan 60 orang (3,51 persen) di antaranya dinyatakan tidak lulus. Jurusan IPS diikuti 6.129 siswa dan sebanyak 485 orang (7,91 persen) tak lulus. Jurusan Bahasa diikuti 77 orang, 27 orang (35,06 persen) di antaranya dinyatakan tidak lulus. Terakhir jurusan Agama, diikuti 94 peserta, 7 orang (7,45 persen) di antaranya dinyatakan tidak lulus.

Jurusan IPA baik SMA/MA ini mengikuti enam mata pelajaran yang diuji, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisi­ka, Kimia dan Biologi. Jurusan IPS, mata pelajaran yang diuji diantaranya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekono­mi, Sosiologi dan Geologi. Sedangkan Bahasa, mata pelajaran yang diikuti di antaranya Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, Sastra, Antropologi. Sementara Agama mengikuti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Tafsir, Hadis, Tasawuf.

Sejumlah SMK Ditunda
Saat siswa SMA/MA seluruh Riau bersuka ria karena dinyatakan lulus UN, tak demikian halnya dengan sejumlah siswa SMK. Kendati UN diumumkan secara serentak, namun masih ada sejumlah SMK di beberapa kabupaten/kota di Riau yang ditunda.

Isu yang berkembang di Disdik Riau, dikabarkan bahkan ada satu sekolah yang peserta UN dinyatakan gagal total. Namun Dewi cepat-cepat menepis isu tersebut. Dewi yang juga Kepala Bidang Pengem­bangan SMP Disdik Riau ini, enggan menyebutkan sekolah mana saja dan di kabupaten/kota mana saja yang pengumuman kelulusan UN-nya ditunda.

Dewi hanya memberikan alasan, bahwa untuk SMK yang belum diumumkan kelulusannya tersebut, karena masih ada masalah dalam skoring di beberapa kejuruan yang terdapat di sekolah tersebut. ‘’Saat ini untuk jurusan tertentu yang masih bermasalah tersebut, sedang dilakukan skoring ulang oleh Puspendik Departemen Pendidi­kan Nasional di Jakarta,’’ jelas Dewi.

Hasil dari skoring ulang ini akan diumumkan kembali. Tapi kapan waktunya pengumuman susulan ini akan dilakukan, diakui Dewi hal itu belum diketahui secara persis. ‘’Kapan waktunya belum ditentukan,’’ katanya.

Kuansing Terbaik, Inhu Terburuk
Dari 11 kabupaten/kota (Kepulauan Meranti masih termasuk Bengkalis), Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) memperoleh hasil ter­buruk di UN tahun ini. Dari 2.530 siswa SMA yang mengikuti UN, 206 orang (8,15 persen) di antaranya tidak lulus. Sedangkan tingkat kelulu­san hanya mencapai 91,85 persen. Kabupaten Bengkalis terburuk kedua. UN SMA di kabupaten ini diikuti 7.257 siswa. Dari jumlah ini, 519 orang (7,16 persen) di antaranya dinyatakan tak lulus. Kelulu­san hanya 92,84%.

Hasil terbaik diraih Kabupaten Kuansing. Jumlah peserta UN SMA sebanyak 2.263 orang. Dari jumlah ini hanya 3 orang (0,13 persen) yang dinyatakan tidak lulus. Tingkat kelulusan cukup fantastis 99,87%. Kota Pekanbaru terbaik kedua. UN SMA di Pekan­baru diikuti 7.485 peserta. Dari jumlah ini, hanya 47 orang (0,63 persen) yang dinyatakan tidak lulus. Sedangkan tingkat kelulu­san mencapai 99,37%.(data lengkap lihat tabel).

Sedangkan untuk hasil UN MA, diikuti 8.011 siswa se-Riau. Dari jumlah ini, 579 orang (7,23 persen) dinyatakan tidak lulus. Tingkat kelulusan mencapai 92,77 persen. Hasil kelulusan terbaik kembali diraih Kuansing dengan tingkat kelulusan 100 persen yang diikuti 223 siswa. Terburuk lagi-lagi peserta dari Kabupaten Inhu yang diikuti 572 peserta. Dari jumlah tersebut sebanyak 91 siswa (15,91 persen) dinyatakan tak lulus. Tahun 2008 lalu, tingkat kelulusan terbaik diraih Kabupaten Kampar. Tahun 2009 ini beralih ke Kuansing.

Ujian Paket C
Bagi siswa yang tidak lulus, bukan berarti pintu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggu tertutp. Masih ada program kejar paket C untuk memperoleh ujain kesetaraan.

Menurut Dekan FKIP Universitas Riau Drs H Isjoni MSi Phd, siswa yang tidak lulus tapi punya niat yang besar untuk kuliah masih punya peluang untuk tetap mendaftarkan diri dengan sebelumnya mengejar ujian Paket C. ‘’Bagi siswa yang tidak lulus sekarang jangan berkecil hati, mereka masih bisa mengikuti ujian Paket C,’’ kata Isjoni, kemarin.

Bila mengikuti paket C, siswa yang tidak lulus bisa bisa kuliah dan tidak membuang waktu setahun lagi untuk menyelesaikan pendidikan di bangku sekolah yang sama. ‘’Saya berharap agar setiap siswa yang tidak lulus tidak meninggalkan bangku sekolah karena malu pada teman dan lingkungannya. Masih ada jalan dengan paket C, dan jangan malu dan merasa rendah diri dengan ijazah paket C tersebut,’’ ujar Isjoni.

Sementara untuk seluruh Indonesia, tingkat kelulusan UN SMA/MA tahun ini sebesar 93,62 persen. Artinya, persentase ketidaklulusan mencapai 6,38 persen. Jika peserta UN SMA/MA tahun ini mencapai 2,2 juta siswa, maka jumlah siswa yang tidak lulus mencapai sekitar 140.360 orang.

Badan standarisasi nasional pendidikan (BSNP) menjadwal ujian kejar paket C bagi siswa yang tidak lulus akan diselenggarakan pada 23-26 Juni mendatang. Menurut anggota BSNP Yunan Yusuf, pihaknya telah memberitahukan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota untuk mendata siswa yang tidak lulus atau mereka yang sejak awal berencana ikut ujian kejar paket C sejak sepekan lalu. Namun, hingga kini belum semua dinas pendidikan kabupaten/kota menyetor daftar peserta ujian tersebut.

“Harusnya, hari ini (kemarin, red) terakhir, tapi ternyata belum semuanya. Karena itu, kami minta agar segera disetor jumlah siswanya yang hendak ikut kejar paket C,” jelasnya.

Telatnya penyetoran daftar peserta kejar paket disebabkan pengumuman UN dilakukan tidak serentak. “Ada yang baru mengumumkan hari ini (kemarin, red). Ada juga yang sejak Sabtu lalu,” ungkapnya.

Karena itu, kata Yunan, demi kelancaran ujian tersebut, dinas pendidikan kabupaten/kota diminta segera mendaftarkan anak didiknya. Sebab, ijazah ujian tersebut juga akan dipakai untuk masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Sayangnya, justru penyelenggaraan ujian tersebut bersamaan dengan pendaftaran masuk PTN. Persoalan itulah yang dari tahun ke tahun dikeluhkan peserta ujian kejar paket C. Sebab, praktis mereka tidak bisa daftar masuk ke PTN.

Terkait persoalan itu, menurutnya, masih banyak PTN yang membuka pendaftaran. Meski saat ini belum banyak PTN yang bersedia menerima siswa yang berbekal ijazah kejar paket C. “Meski kami mengakui belum semuanya,” terang dia. Padahal, amanat UU 23/2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) telah mengamanatkan agar ada kesetaraan antara ijazah pendidikan formal dan informal.

Namun, di satu sisi, kata Yunan, sebagai perguruan tinggi, PTN juga memiliki hak otonom untuk menyelenggarakan pendidikan. “Kami sudah pernah duduk bersama untuk membahas persoalan ini. Ada yang mau menerima, ada juga yang menolak,” terangnya.

Karena itu, tahun ini BSNP menggandeng PTN untuk mengawal UN SMA/MA. Tujuannya, agar PTN mengetahui kredibilitas ujian tersebut. Dengan demikian, hasilnya bisa dijadikan patokan masuk PTN. “Mudah-mudahan seiring dengan hasil UN yang lebih baik, perguruan tinggi bersedia menerima juga hasil ujian kejar paket C,” ujarnya.(kit/jpnn/kaf/cr9)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKU RAPORT PAUD DAN PLAYGROUP

Mengingat banyaknya temen-temen yang mampir ke Blog mencari contoh format Buku Raport PAUD dan Playgroup atau apapun istilahnya, buku laporan perkembangan anak didik PAUD dan sebagainya silahkan tinggalkan alamat email di komentar atau shoutbox. Mohon maaf tidak bisa diposting karena filenya berupa format MS Word. Update 25/12/2013: Ini sudah dapat diupload contoh format raport nya di sini Link nya : http://www.scribd.com/doc/193654421/Cover-Buku-Penghubung-PG Semoga bermanfaat

PENGELOLA PAUD HARUS PROFESIONAL (Aparat harus amanah!...)

sumber: http://diskominfo-pde.riau.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=985:pengelolaan-paud-harus-profesional&catid=1:berita&Itemid=11 PENGELOLA PAUD HARUS PROFESIONAL Jumat, 23 Oktober 2009 16:31 (Diskominfo-PDE Online) Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pembinaan stimulasi (ransangan) jasmani, dan rohani anak agar memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. "Semakin meningkatnya orang tua bekerja diluar rumah, membuat fungsi keluarga sebagai tempat untuk mendidik anak semakin berkurang. Kompleksnya kebutuhan anak selaras dengan perkembangan Iptek juga menuntut perlunya lembaga/pihak lain yang mampu menangani pendidikan anak secara profesional," sebut Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengembangan dan Pelatihan Pendidikan Non Formal dan Informal (UPT P3NFI) Kadirman Aries

Promo Tas Eiger