KEMBALI FITRI DENGAN TAMPILAN LEBIH ISLAMI
1. Deskripsi Memaknai Idul Fitri
Sudah merupakan sunatullah, bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan.Ramadhan yang kedatangannya selalu dirindukan oleh para salafus shaleh(ulama terdahulu) enam bulan sebelumnya dan dimohonkan dalam do'a mereka,kini saatnya akan berpisah dengan kita.
Imam Mu'alla bin al Fadhl rahimahullah berkata, "Dahulu para ulamasenantiasa berdo'a kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan denganRamadhan! Kemudian mereka juga berdo'a selama enam bulan agar diterima amalibadah mereka (selama Ramadhan)."
Tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan kembali berjumpadengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini. Karenanya,beruntung dan berbahagialah kita saat berpisah dengan Ramadhan, membawasegudang pahala untuk bekal di akherat.
Semoga kita termasuk para shaimin (orang yang berpuasa), yang akanmendapatkan kebahagiaan luar biasa, yaitu saat bertemu Allah swt.,sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya, "Orang yangberpuasa akan memperoleh dua kebahagiaan. Kebahagiaan saat berakhirnyaibadah puasa (berbuka) dan kebahagiaan saat bertemu Rabb-nya kelak."(Muttafaq 'Alaih)
Setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa dengan semangat imandan mengharap balasan Allah (ihtisaaban) semata. Maka, memasuki hari rayaIdul Fitri ini, berarti kita kembali kepada fitrah (kesucian). Jiwa kitatelah fitri (suci) tanpa dosa, sebagaimana sabda Nabi saw.,
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan landasan iman danmengharap ba/asan dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosa sebelumnya, "(Muttafaq 'Alaih).
Karena itu, sepatutnyalah jiwa yang sudah fitri ini diupayakan secaramaksimal untuk dipertahankan dan dijaga dengan penunaian berbagai bentukamal shalih pasca Ramadhan. Sebab, keberhasilan meraih derajat taqwa melaluiibadah puasa (A1-Baqarah/2: 183), bukan ditandai berakhirnya bulan Ramadban.Melainkan, sejauh mana iltizam (konsistensi) orang-orang yang berpuasa dalammelakukan ibadah pasca bulan Ramadhan. Sejauh mana kesinambungan harmonisasihubungan dengan Sang Khaliq (Allah swt.) terpelihara secara baik pascaRamadhan.
Jangan sampai prestasi cemerlang yang diraih dengan kerja keras selamasebulan penuh, terhapus oleh keburukan yang menyusul. Jangan sampai kesucianjiwa yang dibangun susah payah selama bulan Ramadhan, tercemari olehperbuatan maksiat, begitu sayonara (berpisah) dengan Ramadhan.
Jika ini yang terjadi, maka sama halnya dengan orang yang mendirikanbangunan indah nan megah dengan biaya mahal, lalu Ia sendiri yangmerobohkannya. Allah swt.. berfirman, "Dan janganlah kamu seperti seorangperempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadicerai berai kembali, "(An-Nahl: 92).
Dikatakan kepada Imam Bisyr rahimahullah, "Sesungguhnya sekelompok kaumsangat rajin dan bersungguh-sungguh beribadah di dalam bulan Ramadhan,bagaimana pendapat anda?" Beliau lalu menjawab, "Seburuk-buruk kaum adalahmereka yang tidak mengetahui hak Allah kecuali di bulan Ramadhan saja.Sesungguhnya orang shalih akan selalu bersungguh-sungguh beribadah sepanjangtahun (tidak hanya Ramadhan saja)."
lmam Asy-Syalabi rahimahullah pernah ditanya, "Mana yang lebih utama bulanRajab atau Sya'ban?" Beliau menjawab, "Kun Rabbaaniyyan walaa TakunSya'baaniyyan! (Jadilah engkau muslim yang rabbani, selalu ingat Allah kapansaja, jangan jadi Sya'bani, yang hanya beribadah di bulan Sya'ban saja).Dulu, Nabi saw. amalnya selalu berkesinambungan."
Ummul Mukminin, Aisyah ra. pernah ditanya, "Apakah Rasulullah saw. dulumengkhususkan suatu bulan tertentu untuk beribadah? Beliau menjawab, 'TidakAda! Beliau saw. selalu berkesinambungan."
Tidak berarti secara kuantitas kita harus sama persis seperti ketika bulanRamadhan dalam beribadah kepada Allah swt. Tapi, yang dituntut dari kitaadalah mempertahankan keistiqomahan dalam menapaki manhaj Allah yang lurus,memelihara kualitas semangat beribadah dan kesinambungan menta'ati Allahswt.
Sebab, menyembah dan menta'ati Allah tidak terbatas pada bulan Ramadhansaja. Imam Hasan Al Bashri rahimahullah pernah berkata, "Sesungguhnya Allahtidak membatasi amal seorang mukmin dengan suau waktu tertentu selainkematian", kemudian beliau membaca firman Allah, "Dan sembahlah Rabbmusampai kematian mendatangi mu," (Al-Hijr (15): 99). (Lathaa 'ifu 'l Ma'arif, hal. 261).
Boleh jadi amal shalih kita pasca Ramadhan secara kuantitas menurun. Tapi,yang penting kontinyu dan inilah yang terbaik, sebagaimana sabda Nabi saw.,"Amal (perbuatan) yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukansecara kontinyu meskipun sedikit," (Muttafaq 'Alaih).
Bulan Ramadhan memang telah berlalu, tapi musim-musim kebaikan lain segeramenyusul. Shalat lima waktu yang merupakan perbuatan agung dan hal pertamayang akan dihisab di hari kiamat nanti, tidak berhenti dengan berakhirnyaRamadhan.
Jika puasa Ramadhan berakhir, maka puasa-puasa sunnah yang berpahala tidakkecil, tidaklah berakhir bahkan menanti sentuhan kita. Seperti, puasa enamhari di bulan Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa tiga hari dalam sebulan(Ayyaamul Bidh, han-han putib; tgl 13, 14 dan 15 tiap bulan), puasa Asyura'(tgl 10 Muharram), puasa Arofah dan lain-lain.
Jika Qiyam Ramadhan dan Tarawih telah lewat. Maka, Qiyamullail (Tahajjud)tetap disyari'atkan tiap malam. Bermunajat di tengah malam adalah kebiasaanorang-orang shalih. Abu Sulaiman Ad Daaraani rahimahullah berkata,"Seandainya tidak ada malam, niscaya aku tidak ingin hidup di dunia."
Jika zakat Fitrah berlalu, maka zakat wajib dan pintu sedekah masih terbukalebar pada waktu-waktu yang lain.
Karenanya, memasuki Idul Fitri yang berarti jiwa kita menjadi fitri (suci),maka 'tampilan' kita harus lebih Islami. Termasuk dalam 'tampilan' di siniadalah tujuan, orientasi, motivasi, fikrah (pemikiran), akhlak, moral,perilaku, interaksi, policy, aktivitas, kiprah, dan peran. Baik 'tampilan'keindividualan kita, kerumahtanggaan kita, maupun 'tampilan' kesosialankita. Baik 'tampilan' kerakyatan kita maupun 'tampilan' kepejabatan kita.Baik 'tampilan' dalam kesendirian kita maupun 'tampilan' dalam keramaiankita.
Ketika terjadi islamisasi 'tampilan' pasca Ramadhan, berarti ini merupakanindikator diterimanya puasa Ramadhan kita. Karena, jika Allah swt. menerimaamal seseorang, maka pasti Dia akan menolongnya untuk mengadakan perubahandiri ke arah yang lebih positif dan meningkatkan amal kebajikan.
Seorang penyair Arab pernah mengingatkan dalam sya'irya,
"Bukanlah hari raya Id itu bagi orang yang berbaju baru, melainkan hakekatId itu bagi orang yang bertambah ta'atnya (kepada Allah swt.)."Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu 'aamin wa antum bikhairin. SemogaAllah swt.. menenima semua amal ibadah klta di bulan Ramadhan. Amin ...
Sumber:30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci
Penulis:Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MASamson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MAA. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT
Source: IKADI
1. Deskripsi Memaknai Idul Fitri
Sudah merupakan sunatullah, bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan.Ramadhan yang kedatangannya selalu dirindukan oleh para salafus shaleh(ulama terdahulu) enam bulan sebelumnya dan dimohonkan dalam do'a mereka,kini saatnya akan berpisah dengan kita.
Imam Mu'alla bin al Fadhl rahimahullah berkata, "Dahulu para ulamasenantiasa berdo'a kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan denganRamadhan! Kemudian mereka juga berdo'a selama enam bulan agar diterima amalibadah mereka (selama Ramadhan)."
Tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan kembali berjumpadengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini. Karenanya,beruntung dan berbahagialah kita saat berpisah dengan Ramadhan, membawasegudang pahala untuk bekal di akherat.
Semoga kita termasuk para shaimin (orang yang berpuasa), yang akanmendapatkan kebahagiaan luar biasa, yaitu saat bertemu Allah swt.,sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya, "Orang yangberpuasa akan memperoleh dua kebahagiaan. Kebahagiaan saat berakhirnyaibadah puasa (berbuka) dan kebahagiaan saat bertemu Rabb-nya kelak."(Muttafaq 'Alaih)
Setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa dengan semangat imandan mengharap balasan Allah (ihtisaaban) semata. Maka, memasuki hari rayaIdul Fitri ini, berarti kita kembali kepada fitrah (kesucian). Jiwa kitatelah fitri (suci) tanpa dosa, sebagaimana sabda Nabi saw.,
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan landasan iman danmengharap ba/asan dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosa sebelumnya, "(Muttafaq 'Alaih).
Karena itu, sepatutnyalah jiwa yang sudah fitri ini diupayakan secaramaksimal untuk dipertahankan dan dijaga dengan penunaian berbagai bentukamal shalih pasca Ramadhan. Sebab, keberhasilan meraih derajat taqwa melaluiibadah puasa (A1-Baqarah/2: 183), bukan ditandai berakhirnya bulan Ramadban.Melainkan, sejauh mana iltizam (konsistensi) orang-orang yang berpuasa dalammelakukan ibadah pasca bulan Ramadhan. Sejauh mana kesinambungan harmonisasihubungan dengan Sang Khaliq (Allah swt.) terpelihara secara baik pascaRamadhan.
Jangan sampai prestasi cemerlang yang diraih dengan kerja keras selamasebulan penuh, terhapus oleh keburukan yang menyusul. Jangan sampai kesucianjiwa yang dibangun susah payah selama bulan Ramadhan, tercemari olehperbuatan maksiat, begitu sayonara (berpisah) dengan Ramadhan.
Jika ini yang terjadi, maka sama halnya dengan orang yang mendirikanbangunan indah nan megah dengan biaya mahal, lalu Ia sendiri yangmerobohkannya. Allah swt.. berfirman, "Dan janganlah kamu seperti seorangperempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadicerai berai kembali, "(An-Nahl: 92).
Dikatakan kepada Imam Bisyr rahimahullah, "Sesungguhnya sekelompok kaumsangat rajin dan bersungguh-sungguh beribadah di dalam bulan Ramadhan,bagaimana pendapat anda?" Beliau lalu menjawab, "Seburuk-buruk kaum adalahmereka yang tidak mengetahui hak Allah kecuali di bulan Ramadhan saja.Sesungguhnya orang shalih akan selalu bersungguh-sungguh beribadah sepanjangtahun (tidak hanya Ramadhan saja)."
lmam Asy-Syalabi rahimahullah pernah ditanya, "Mana yang lebih utama bulanRajab atau Sya'ban?" Beliau menjawab, "Kun Rabbaaniyyan walaa TakunSya'baaniyyan! (Jadilah engkau muslim yang rabbani, selalu ingat Allah kapansaja, jangan jadi Sya'bani, yang hanya beribadah di bulan Sya'ban saja).Dulu, Nabi saw. amalnya selalu berkesinambungan."
Ummul Mukminin, Aisyah ra. pernah ditanya, "Apakah Rasulullah saw. dulumengkhususkan suatu bulan tertentu untuk beribadah? Beliau menjawab, 'TidakAda! Beliau saw. selalu berkesinambungan."
Tidak berarti secara kuantitas kita harus sama persis seperti ketika bulanRamadhan dalam beribadah kepada Allah swt. Tapi, yang dituntut dari kitaadalah mempertahankan keistiqomahan dalam menapaki manhaj Allah yang lurus,memelihara kualitas semangat beribadah dan kesinambungan menta'ati Allahswt.
Sebab, menyembah dan menta'ati Allah tidak terbatas pada bulan Ramadhansaja. Imam Hasan Al Bashri rahimahullah pernah berkata, "Sesungguhnya Allahtidak membatasi amal seorang mukmin dengan suau waktu tertentu selainkematian", kemudian beliau membaca firman Allah, "Dan sembahlah Rabbmusampai kematian mendatangi mu," (Al-Hijr (15): 99). (Lathaa 'ifu 'l Ma'arif, hal. 261).
Boleh jadi amal shalih kita pasca Ramadhan secara kuantitas menurun. Tapi,yang penting kontinyu dan inilah yang terbaik, sebagaimana sabda Nabi saw.,"Amal (perbuatan) yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukansecara kontinyu meskipun sedikit," (Muttafaq 'Alaih).
Bulan Ramadhan memang telah berlalu, tapi musim-musim kebaikan lain segeramenyusul. Shalat lima waktu yang merupakan perbuatan agung dan hal pertamayang akan dihisab di hari kiamat nanti, tidak berhenti dengan berakhirnyaRamadhan.
Jika puasa Ramadhan berakhir, maka puasa-puasa sunnah yang berpahala tidakkecil, tidaklah berakhir bahkan menanti sentuhan kita. Seperti, puasa enamhari di bulan Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa tiga hari dalam sebulan(Ayyaamul Bidh, han-han putib; tgl 13, 14 dan 15 tiap bulan), puasa Asyura'(tgl 10 Muharram), puasa Arofah dan lain-lain.
Jika Qiyam Ramadhan dan Tarawih telah lewat. Maka, Qiyamullail (Tahajjud)tetap disyari'atkan tiap malam. Bermunajat di tengah malam adalah kebiasaanorang-orang shalih. Abu Sulaiman Ad Daaraani rahimahullah berkata,"Seandainya tidak ada malam, niscaya aku tidak ingin hidup di dunia."
Jika zakat Fitrah berlalu, maka zakat wajib dan pintu sedekah masih terbukalebar pada waktu-waktu yang lain.
Karenanya, memasuki Idul Fitri yang berarti jiwa kita menjadi fitri (suci),maka 'tampilan' kita harus lebih Islami. Termasuk dalam 'tampilan' di siniadalah tujuan, orientasi, motivasi, fikrah (pemikiran), akhlak, moral,perilaku, interaksi, policy, aktivitas, kiprah, dan peran. Baik 'tampilan'keindividualan kita, kerumahtanggaan kita, maupun 'tampilan' kesosialankita. Baik 'tampilan' kerakyatan kita maupun 'tampilan' kepejabatan kita.Baik 'tampilan' dalam kesendirian kita maupun 'tampilan' dalam keramaiankita.
Ketika terjadi islamisasi 'tampilan' pasca Ramadhan, berarti ini merupakanindikator diterimanya puasa Ramadhan kita. Karena, jika Allah swt. menerimaamal seseorang, maka pasti Dia akan menolongnya untuk mengadakan perubahandiri ke arah yang lebih positif dan meningkatkan amal kebajikan.
Seorang penyair Arab pernah mengingatkan dalam sya'irya,
"Bukanlah hari raya Id itu bagi orang yang berbaju baru, melainkan hakekatId itu bagi orang yang bertambah ta'atnya (kepada Allah swt.)."Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu 'aamin wa antum bikhairin. SemogaAllah swt.. menenima semua amal ibadah klta di bulan Ramadhan. Amin ...
Sumber:30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci
Penulis:Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MASamson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MAA. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT
Source: IKADI
Komentar