Tanpa terasa, Ramadhan yang agung telah hadir kembali di tengah kehidupan kita. Syukur yang tak terhingga kita ucapkan kepada Allah swt., karena Dia memberikan kesempatan kepada kita untuk memasuki bulan suci-Nya yang mulia ini. Bulan yang selalu didamba kehadirannya oleh Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, karena di dalamnya berlimpah rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka.
Pada bulan suci ini diturunkan Al-Quran. Kitab suci yang memberikan pencerahan nurani dan jiwa kita semua. Yang membebaskan kita dari belenggu-belenggu nafsu syahwat kita, yang membebaskan kita dari kesempitan dunia menuju kelapangan agama. Di bulan ini, para malaikat berbondong turun menebarkan rahmat pada semesta. Mereka turun pada malam paling agung, yang dikenal dengan Malam Seribu Bulan (Lailatul Qadr).
Bulan suci yang Allah janjikan bagi pelakunya yang ikhlas dan penuh harap ridha-Nya, akan mendapatkan ampunann-Nya yang luas. Bulan yang di saat buka doa-doa tidak lagi terhalang hijab untuk dikabulkan oleh-Nya.
Ia adalah bulan "perburuhan" untuk merapat ke hadirat Allah. Bulan amal dalam bentuknya yang sempurna. Bulan yang andaikata orang tahu apa yang ada di dalamnya, pastilah mereka akan mendambakan semua bulan menjadi Ramadhan.
Ramadhan, sebagaimana yang Allah sinyalir pada surat Al-Baqarah ayat 183 adalah tangga ampun menggapai takwa dan ridha Tuhannya. Maka, sungguh amat beruntung seseorang yang memasuki gerbang Ramadhan dengan lapang dada, berkat kerinduannya yang terpendam sekian lama.
Kerinduan yang memuncak ini, akan membuatnya mengisi bulan ini dengan amal-amal saleh, yang akan mengantarkannya ke gerbang kekudusan Tuhannya. Baginya, puasa dianggap kesempatan terakhir untuk beramal, sebab bukan tidak mungkin di tahun mendatang dia dipanggil harus menghadap Tuhannya. Maka, sungguh merugilah seseorang yang memasuki bulan Ramadhan ini, namun tidak mendapat ampunan Allah kala keluar darinya.
Ramadhan akan melahirkan sosok manusia yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi. Orang yang berpuasa akan mampu menajamkan makna spiritualitasnya saat ia mampu menjadikan Ramadhan sebagai wilayah God Spot dengan nuansa Rabbani yang kental.
Apa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual (SQ) itu? Danah Zohar dan Ian Marshal mendefinisikan SQ sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau nilai. Yaitu kecerdasan perilaku dan kehidupan dalam konteks yang lebih luas dan kaya. SQ adalah kecerdasan untuk melihat bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. SQ adalah pondasi yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ : Spiritual Intelligent, Bloombury, Great Britain).
Pendidikan yang Luar Biasa
Pada bulan Ramadhan, kita diajarkan untuk mengendalikan emosi kita secara matang. Ramadhan mengajarkan kita agar mampu menahan lapar dan haus serta menahan hawa nafsu seksual. Yang menurut Al-Ghazali, dalam buku master-piece-nya Ihya' Ulumuddun, dianggap puasa kalangan "awam". Ramadhan mengajarkan sesuatu pada bukan hanya menahan lapar dan haus serta dorongan nafsu seksual. Kita diajarkan untuk mengendalikan emosi kita.
Tak heran jika Rasulullah sering bersabda, bahwa sekian banyak manusia yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, karena dia tidak mampu menahan emosinya. Puasanya dia kotori dengan umpatan dan cacian, dengan kebohongan dan keculasan, dengan adu domba dan merendahkan sesama. Suatu saat Rasulullah bersabda, "Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajakmu melakukan pertarungan, katakan padanya saya sedang puasa, saya sedang puasa."
Sabda Rasulullah di atas mengandung makna bahwa seseorang yang berpuasa selama Ramadhan, hendaknya mampu menaklukkan emosinya, bahkan pada tingkatan dia dicaci maki. Satu pendidkan pengendalian emosi yang sangat luar biasa.
Ramadhan akan menciptakan sebuah "ruang hangat" bahwa kita bukan hanya meningkatkan kadar kecerdasan emosional. Namun, pada saat yang bersamaan kita akan mampu menggenjot kecerdasan spiritual. Kita akan menjadi hamba yang merasa sangat membutuhkan Tuhan. Kita akan merasakan betapa keagungan Tuhan begitu besar.
Malam-malam kita akan bertaburan tasbih, tahmid, dan tahlil serta takbir yang menggema di dinding-dinding nurani kita. Mulut kita akan selalu basah dengan zikir dan tilawah Al-Quran. Muka kita akan tertunduk sujud di hadapan kebesaran Ar-Rahman.
Kita akan merasakan kekerdilan kita di hadapan kebesaran-Nya. Kita berusaha mengadopsi akhlak-Nya dan meniru sifat-sifat-Nya. Agar kita menjadi demikian peka dan cerdas menyikapi hidup ini dan agar kita dengan jernih mampu memaknai kehidupan ini. Sebuah ladang amal untuk akhirat.
Ramadhan akan menyuguhkan pada kita sikap God-sentristik yang kemampuan untuk menjadikan semua urusan berpangkal dan berujung pada Tuhan. Karena Tuhanlah kita melakukan sesuatu dan untuk Tuhanlah kita lakukan sesuatu itu. Dengan sikap ini, akan mampu membingkai pikiran dan kalbu kita dengan keikhlasan serta kita mampu menguburkan rasa pamrih.
Dari jiwa kita akan lahir kerendahan hati dan terkubur rasa takabbur, congkah, dan pongah. Dari diri kita akan lahir rasa syukur dan terkubur sikap kufur. Dari jiwa kita akan lahir optimisme dan akan terkubur pesimisme. Akan lahir sikap adil dan akan terkubur sikap zhalim. Intinya, dengan kecerdasan spiritual yang kita bangun, kita akan menjadi kosmik kecil dari sifat-sifat Allah. SQ ini akan membuat kita senantiasa menyemburatkan nilai-niali rabbani.
Dengan Ramadhan, kita akan mampu menjernihkan dinding-dinding hati yang kotor dan untuk selanjutnya mampu membersitkan kecerdasan spiritual. Semoga puasa kita tahun ini diterima di sisi-Nya. Amien.
Sumber: 30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci
Penulis: Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT
Source: IKADI
Komentar