ARTIKEL SERIAL RAMADHAN
(Bagian ke-8)
PERISTIWA HISTORIS DI BULAN RAMADHAN
Bulan ramadhan adalah salah satu bulan yang sangat bernilai historis Dalam Islam, isamping predikatnya sebagai bulan terbaik untuk ibadah puasa dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa historis itu sangat berperan dalam perkembangan Islam dan penyiarannya. Peristiwa-peristiwa itu menjadi renungan yang mendalam pada saat kaum mukminin menunaikan puasa.
Inspirasi dan pengaruh yang dipantulkan oleh peristiwa historis itu selalu memacu semangat kaum muslimin untuk meneruskan risalah Islam ke seluruh alam. Al-Qur'an adalah tuntunan yang membuka jalur-jalur kesuksesan Dan titian menuju kejayaan serta kemuliaan. Itulah awal peristiwa historis dalam bulan ramadhan. Hasil tarbiyah Al-ur'an itu terbukti dalam perang Badar dan perang penaklukan Mekkah.
1. Pengangkatan Muhammad saw. sebagai Rasul dan awal turunnya
Al-Qur'an Ketika Allah swt. hendak memuliakan Muhammad saw. sebagai Rasul dan
Nabi-Nya, setiap kali Rasulullah saw. hendak membuang hajatnya dan Pergi jauh ke padang pasir, hingga berjarak sangat jauh dari pemukiman dan Beliau telah sampai di lembah-lembah Mekkah, tidak ada pohon dan batu pun Yang beliau jumpai, melainkan selalu mengucapkan salam kepada beliau dengan,
ÇáÓáÇã Úáíß íÇ ÑÓæá Çááå
Salam sejahtera atasmu wahai Rasulullah (utusan Allah swt.) kemudian, Rasulullah saw. menengok ke kanan dan ke kiri serta ke belakangnya. Namun, beliau tidak melihat siapa-siapa, yang ada hanyalah pohon dan batu. Hal itu berlangsung beberapa lama, hingga Allah swt. mengutus Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah swt. ketika Rasulullah saw. berada di gua Hira, dengan turunnya lima ayat pertama dari Surah Al-Alaq,
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).
Allah swt. berfirman,
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...” (Al-Baqarah: 185).
Allah swt. berfirman,
“Haa Miim. Demi Kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami Adalah Yang mengutus rasul-rasul” (QS. Ad-Dukhan: 1-5)
Allah swt. berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Fajr: 1-5).
2. Perang Badar
Allah swt. berfirman, “....jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, ...” (QS. Al-Anfal: 41).
Hari itu adalah hari dimana terjadi pertempuran antara pasukan kaum Muslimin melawan orang-orang musyrik di perang Badar. Peristiwa Perang Badar terjadi pada Jum'at pagi tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah. Rasulullah saw. keluar bersama para sahabat pada hari Senin, delapan hari setelah Bulan ramadhan masuk.
Rasulullah saw. mengangkat Amru bin Ummu Maktum atau Abdullah bin Ummu Maktum untuk memimpin shalat orang-orang yang ada di Madinah. Setelah sampai di Rauha, Rasulullah saw. memerintahkan Abu Lubabah untuk kembali ke Madinah, dan mengangkatnya sebagai amir selama Rasulullah saw. pergi.
Dalam kisah perang Badar yang diisyaratkan oleh ayat-ayat yang mulia ini, Muhammad bin Ishaq dengan sanadnya – dalam sirah nabawiyah - berkata;
“setelah Rasulullah saw. mendengar Abu Sufyan akan bertolak dari Syam, beliau menyemangati kaum muslimin agar menghadangnya, dan Rasulullah saw.
bersabda, "Inilah kafilah dagang Quraisy yang membawa harta benda mereka. Maka keluarlah kalian untuk menghadangnya, semoga Allah memberikan harta rampasan kepada kalian”.
Maka orang-orang pun bersegera menyambut seruan itu. Walaupun sebagian orang ada yang merasa ringan, namun yang lain ada juga yang merasa berat. Hal itu disebabkan mereka tidak menyangka bahwa Rasulullah saw. akan menghadapi peperangan.
Ketika dekat dengan wilayah Hijaz, Abu Sufyan telah memerintahkan mata-matanya untuk mencari dan menyelidiki informasi. Dia juga bertanya kepada kabilah-kabilah yang berpapasan dengannya, karena khawatir terhadap kafilahnya. Sehingga, ada sebagian kafilah yang memberitakan kepadanya, bahwa Muhammad saw. telah meminta para sahabat beliau untuk mencegatmu dan kafilahmu.
Maka Abu Sufyan pun mengambil ancang-ancang dan berhati-hati setelah itu.
Kemudian, dia mengupah Dhamdham bin Amru Al-Ghifari untuk diutus kepada penduduk Makkah agar keluar membela kafilah dagang mereka, dan mengabarkan kepada mereka bahwa Muhammad saw. bersama para sahabatnya telah mengancamnya dan mencegatnya. Maka, keluarlah Dhamdham bin Amru Al-Ghifari segera bertolak ke Makkah.
Sementara, Nabi Muhammad saw. bersama para sahabat beliau telah sampai ke suatu lembah, yang dinamakan dengan Dafaran. Lalu Beliau bertolak darinya, namun di salah satu bagian lembah tersebut, beliau mendapat khabar bahwa Quraisy telah bertolak ke arah Rasulullah saw. untuk membela kafilah mereka.
Kemudian, Rasulullah saw. bermusyawarah dengan para sahabat, Memberitahukan tentang berita dari Quraisy. Maka, berdirilah Abu Bakar ra., beliau berbicara yang baik. Kemudian, berdirilah Umar bin Khatthab ra. dan beliau berbicara yang baik.
Lalu berdirilah Miqdad bin Amru seraya berkata, “wahai Rasulullah, Majulah ke arah yang diperintahkan oleh Allah swt. kepada anda, karena kami Akan selalu bersama anda. Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti Bani Israil berkata kepada Musa, Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali Tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja." (QS. Al-Maidah; 24).
Namun, bertolaklah Anda dan Tuhan Anda. Dan berperanglah, karena kami akan berperang bersama Anda dan Tuhan Anda. Demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, seandainya Anda membawa kami ke Barkil Gamad’ yaitu suatu kota di Habasyah (Etiopia), maka kami bertahan dan bersabar bersama Anda untuk menuju kepadanya, hingga Anda mencapainya.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepadanya dengan sabda yang baik Dan mendo’akan kebaikan untuknya, "Berilah pendapat untukku wahai orang-orang!”.
Rasulullah saw. mengarahkan maksud beliau kepada orang-orang Ansar, - hal itu disebabkan mereka adalah terbanyak jumlahnya - dan hal itu Disebabkan pula oleh baiat mereka kepada Rasulullah saw. di Aqabah.
Mereka berkata, “wahai Rasulullah saw. sesungguhnya kami bebas dari perlindungan terhadap diri Anda, hingga Anda sampai ke negeri kami. Bila Anda telah sampai ke negeri kami, maka Anda telah berada dalam Perlindungan kami. Kami akan melindungi dan membela Anda dari segala sesuatu yang Kami bela, sebagaimana anak-anak dan isteri-isteri kami”.Rasulullah saw. merasa khawatir bahwa orang-orang Anshar tidak
Memandang wajib bagi mereka untuk membela Rasulullah saw. dan menolongnya,
Melainkan hanya atas musuh yang menyerang beliau di Madinah, dan bahwa mereka
Tidak harus ikut serta menyerbu musuh yang jauh dari negeri Madinah.
Setelah Rasulullah saw. menyatakan sabda tersebut, Sa’ad bin Mu’adz ra. Berkata, “Demi Allah, seolah-olah Anda menginginkan kami wahai Rasulullah saw.?”
Rasulullah saw. Bersabda, "benar”.
Sa’ad bin Mu’adz ra. Berkata,
“kami telah beriman kepada Anda dan membenarkan Anda, dan kami telah bersaksi bahwa risalah yang Anda bawa dan emban adalah kebenaran dan haq. Kami juga telah memberikan sumpah dan janji kami kepada Anda, bahwa kami akan mendengar dan mentaati anda. Maka, majulah terus wahai Rasulullah saw. kemanapun Allah swt. menyuruh Anda.
Karena demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan kebenaran. Seandainya Anda menyuruh kami untuk menceburkan diri kami ke dalam lautan ini dan Anda telah menceburkan diri ke dalamnya, maka kami pun akan ikut menceburkan diri kami ke dalamnya bersama Anda. Tidak akan ada seorang pun yang tertinggal.
Kami tidak akan takut dan benci bertemu dengan musuh-musuh kami besok. Karena sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang sabar dan bertahan dalam perang, jujur ketika bertempur, dan semoga Allah swt. menampakkan kepada Anda apa yang menyenangkan hati Anda. Maka bertolaklah bersama kami dengan keberkahan dari Allah swt.”.
Maka, tampaklah kebahagiaan dalam diri Rasulullah saw. dengan Pernyataan Sa’ad. Hal itu membuat beliau bersemangat, seraya bersabda, “bertolaklah kalian dengan keberkahan dari Allah swt. dan bergembiralah. Karena sesungguhnya Allah swt. telah menjanjikan kepadaku salah satu dari dua kelompok Quraisy, dan demi Allah, seolah-olah aku melihat kehancuran kaum itu saat ini”.
Perang Badar berakhir setelah bulan Ramadan atau awal dari Syawwal.
3. Penaklukkan Mekkah
Penaklukkan Mekkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke delapan. Penyebab perang ini adalah terjadinya pertempuran antara Bani Bakar melawan Bani Khuza'ah. Pemicu pertempuran antara keduanya adalah seorang dari Bani Al-Khadrami, namanya Malik bin Abbad, yang merupakan sekutu dari Bani Bakar, keluar untuk berdagang.
Ketika dia sampai ke tanah Khuza'ah, mereka melakukan kejahatan Terhadap Malik bin Abbad, membunuhnya, dan merampas harta bendanya. Kemudian, Bani Bakar pun membalas dendam dan membunuh salah seorang dari Bani Khuza'ah.
Permusuhan ini berlarut-larut hingga Islam menjadi penghalang antara keduanya dalam permusuhan, dan orang-orang lebih tertarik dengan isu Islam dan dakwahnya. Ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah saw. dengan Quraisy, syarat-syarat perjanjian yang berlaku bagi Rasulullah saw. dengan Quraisy juga berlaku atas para sekutu masing-masing. Diantara ketentuan syarat perjanjian tersebut; bahwa barang siapa Ingin masuk ke dalam sekutu Rasulullah saw., boleh melakukannya, dan barang siapa yang ingin masuk ke dalam sekutu Quraisy, dipersilahkan. Bani Bakar masuk ke dalam sekutu Quraisy dan Bani Khuza'ah masuk ke dalam sekutu Rasulullah saw.
Bani Bakar merasa ada peluang untuk melakukan pembalasan kepada Bani Khuza'ah. Naufal bin Mu'awiyah bersama pengikutnya, yaitu pemimpin Bani Bakar - namun tidak semua Bani Bakar ikut bersamanya - keluar menyerang Bani Khuza'ah di lembah mereka dan sumur mereka, yaitu Al-Watir. Mereka membunuh orang-orang yang ada dan terjadilah pertempuran.
Quraisy ikut memasok senjata kepada Bani Bakar, dan dengan sembunyi-sembunyi mereka juga ikut membantu dalam pasukan Bani Bakar, hingga mereka berhasil mendesak Bani Khuza'ah sampai ke dekat areal tanah haram. Dengan perbuatan ini, maka Quraisy telah melanggar salah satu syarat perjanjian damai, dan dengan demikian mereka telah memaklumkan perang terhadap Rasulullah saw. Dan kaum muslimin.
Rasulullah saw. pun menyiapkan pasukan untuk menyerang Makkah. Rasulullah saw. keluar bertolak dari Madinah pada hari ke sepuluh bulan Ramadhan. Rasulullah saw. berangkat dari Madinah dalam kondisi puasa, demkian Pula para pasukan beliau. Namun ketika sampai di Kadid, antara Asfan dan Amaj, Beliau berbuka, demikian pula para pasukan beliau ikut berbuka.
Rasulullah saw. berhasil menaklukkan Mekkah dengan gilang-gemilang, Tanpa banyak menumpahkan darah. Allah swt. melukiskan hal itu dalam firman-Nya,
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. maka Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr: 1-3).
Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan
Suci
Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA, Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT
Source: IKADI
"hendra"
(Bagian ke-8)
PERISTIWA HISTORIS DI BULAN RAMADHAN
Bulan ramadhan adalah salah satu bulan yang sangat bernilai historis Dalam Islam, isamping predikatnya sebagai bulan terbaik untuk ibadah puasa dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa historis itu sangat berperan dalam perkembangan Islam dan penyiarannya. Peristiwa-peristiwa itu menjadi renungan yang mendalam pada saat kaum mukminin menunaikan puasa.
Inspirasi dan pengaruh yang dipantulkan oleh peristiwa historis itu selalu memacu semangat kaum muslimin untuk meneruskan risalah Islam ke seluruh alam. Al-Qur'an adalah tuntunan yang membuka jalur-jalur kesuksesan Dan titian menuju kejayaan serta kemuliaan. Itulah awal peristiwa historis dalam bulan ramadhan. Hasil tarbiyah Al-ur'an itu terbukti dalam perang Badar dan perang penaklukan Mekkah.
1. Pengangkatan Muhammad saw. sebagai Rasul dan awal turunnya
Al-Qur'an Ketika Allah swt. hendak memuliakan Muhammad saw. sebagai Rasul dan
Nabi-Nya, setiap kali Rasulullah saw. hendak membuang hajatnya dan Pergi jauh ke padang pasir, hingga berjarak sangat jauh dari pemukiman dan Beliau telah sampai di lembah-lembah Mekkah, tidak ada pohon dan batu pun Yang beliau jumpai, melainkan selalu mengucapkan salam kepada beliau dengan,
ÇáÓáÇã Úáíß íÇ ÑÓæá Çááå
Salam sejahtera atasmu wahai Rasulullah (utusan Allah swt.) kemudian, Rasulullah saw. menengok ke kanan dan ke kiri serta ke belakangnya. Namun, beliau tidak melihat siapa-siapa, yang ada hanyalah pohon dan batu. Hal itu berlangsung beberapa lama, hingga Allah swt. mengutus Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah swt. ketika Rasulullah saw. berada di gua Hira, dengan turunnya lima ayat pertama dari Surah Al-Alaq,
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).
Allah swt. berfirman,
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...” (Al-Baqarah: 185).
Allah swt. berfirman,
“Haa Miim. Demi Kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami Adalah Yang mengutus rasul-rasul” (QS. Ad-Dukhan: 1-5)
Allah swt. berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Fajr: 1-5).
2. Perang Badar
Allah swt. berfirman, “....jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, ...” (QS. Al-Anfal: 41).
Hari itu adalah hari dimana terjadi pertempuran antara pasukan kaum Muslimin melawan orang-orang musyrik di perang Badar. Peristiwa Perang Badar terjadi pada Jum'at pagi tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah. Rasulullah saw. keluar bersama para sahabat pada hari Senin, delapan hari setelah Bulan ramadhan masuk.
Rasulullah saw. mengangkat Amru bin Ummu Maktum atau Abdullah bin Ummu Maktum untuk memimpin shalat orang-orang yang ada di Madinah. Setelah sampai di Rauha, Rasulullah saw. memerintahkan Abu Lubabah untuk kembali ke Madinah, dan mengangkatnya sebagai amir selama Rasulullah saw. pergi.
Dalam kisah perang Badar yang diisyaratkan oleh ayat-ayat yang mulia ini, Muhammad bin Ishaq dengan sanadnya – dalam sirah nabawiyah - berkata;
“setelah Rasulullah saw. mendengar Abu Sufyan akan bertolak dari Syam, beliau menyemangati kaum muslimin agar menghadangnya, dan Rasulullah saw.
bersabda, "Inilah kafilah dagang Quraisy yang membawa harta benda mereka. Maka keluarlah kalian untuk menghadangnya, semoga Allah memberikan harta rampasan kepada kalian”.
Maka orang-orang pun bersegera menyambut seruan itu. Walaupun sebagian orang ada yang merasa ringan, namun yang lain ada juga yang merasa berat. Hal itu disebabkan mereka tidak menyangka bahwa Rasulullah saw. akan menghadapi peperangan.
Ketika dekat dengan wilayah Hijaz, Abu Sufyan telah memerintahkan mata-matanya untuk mencari dan menyelidiki informasi. Dia juga bertanya kepada kabilah-kabilah yang berpapasan dengannya, karena khawatir terhadap kafilahnya. Sehingga, ada sebagian kafilah yang memberitakan kepadanya, bahwa Muhammad saw. telah meminta para sahabat beliau untuk mencegatmu dan kafilahmu.
Maka Abu Sufyan pun mengambil ancang-ancang dan berhati-hati setelah itu.
Kemudian, dia mengupah Dhamdham bin Amru Al-Ghifari untuk diutus kepada penduduk Makkah agar keluar membela kafilah dagang mereka, dan mengabarkan kepada mereka bahwa Muhammad saw. bersama para sahabatnya telah mengancamnya dan mencegatnya. Maka, keluarlah Dhamdham bin Amru Al-Ghifari segera bertolak ke Makkah.
Sementara, Nabi Muhammad saw. bersama para sahabat beliau telah sampai ke suatu lembah, yang dinamakan dengan Dafaran. Lalu Beliau bertolak darinya, namun di salah satu bagian lembah tersebut, beliau mendapat khabar bahwa Quraisy telah bertolak ke arah Rasulullah saw. untuk membela kafilah mereka.
Kemudian, Rasulullah saw. bermusyawarah dengan para sahabat, Memberitahukan tentang berita dari Quraisy. Maka, berdirilah Abu Bakar ra., beliau berbicara yang baik. Kemudian, berdirilah Umar bin Khatthab ra. dan beliau berbicara yang baik.
Lalu berdirilah Miqdad bin Amru seraya berkata, “wahai Rasulullah, Majulah ke arah yang diperintahkan oleh Allah swt. kepada anda, karena kami Akan selalu bersama anda. Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti Bani Israil berkata kepada Musa, Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali Tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja." (QS. Al-Maidah; 24).
Namun, bertolaklah Anda dan Tuhan Anda. Dan berperanglah, karena kami akan berperang bersama Anda dan Tuhan Anda. Demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, seandainya Anda membawa kami ke Barkil Gamad’ yaitu suatu kota di Habasyah (Etiopia), maka kami bertahan dan bersabar bersama Anda untuk menuju kepadanya, hingga Anda mencapainya.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepadanya dengan sabda yang baik Dan mendo’akan kebaikan untuknya, "Berilah pendapat untukku wahai orang-orang!”.
Rasulullah saw. mengarahkan maksud beliau kepada orang-orang Ansar, - hal itu disebabkan mereka adalah terbanyak jumlahnya - dan hal itu Disebabkan pula oleh baiat mereka kepada Rasulullah saw. di Aqabah.
Mereka berkata, “wahai Rasulullah saw. sesungguhnya kami bebas dari perlindungan terhadap diri Anda, hingga Anda sampai ke negeri kami. Bila Anda telah sampai ke negeri kami, maka Anda telah berada dalam Perlindungan kami. Kami akan melindungi dan membela Anda dari segala sesuatu yang Kami bela, sebagaimana anak-anak dan isteri-isteri kami”.Rasulullah saw. merasa khawatir bahwa orang-orang Anshar tidak
Memandang wajib bagi mereka untuk membela Rasulullah saw. dan menolongnya,
Melainkan hanya atas musuh yang menyerang beliau di Madinah, dan bahwa mereka
Tidak harus ikut serta menyerbu musuh yang jauh dari negeri Madinah.
Setelah Rasulullah saw. menyatakan sabda tersebut, Sa’ad bin Mu’adz ra. Berkata, “Demi Allah, seolah-olah Anda menginginkan kami wahai Rasulullah saw.?”
Rasulullah saw. Bersabda, "benar”.
Sa’ad bin Mu’adz ra. Berkata,
“kami telah beriman kepada Anda dan membenarkan Anda, dan kami telah bersaksi bahwa risalah yang Anda bawa dan emban adalah kebenaran dan haq. Kami juga telah memberikan sumpah dan janji kami kepada Anda, bahwa kami akan mendengar dan mentaati anda. Maka, majulah terus wahai Rasulullah saw. kemanapun Allah swt. menyuruh Anda.
Karena demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan kebenaran. Seandainya Anda menyuruh kami untuk menceburkan diri kami ke dalam lautan ini dan Anda telah menceburkan diri ke dalamnya, maka kami pun akan ikut menceburkan diri kami ke dalamnya bersama Anda. Tidak akan ada seorang pun yang tertinggal.
Kami tidak akan takut dan benci bertemu dengan musuh-musuh kami besok. Karena sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang sabar dan bertahan dalam perang, jujur ketika bertempur, dan semoga Allah swt. menampakkan kepada Anda apa yang menyenangkan hati Anda. Maka bertolaklah bersama kami dengan keberkahan dari Allah swt.”.
Maka, tampaklah kebahagiaan dalam diri Rasulullah saw. dengan Pernyataan Sa’ad. Hal itu membuat beliau bersemangat, seraya bersabda, “bertolaklah kalian dengan keberkahan dari Allah swt. dan bergembiralah. Karena sesungguhnya Allah swt. telah menjanjikan kepadaku salah satu dari dua kelompok Quraisy, dan demi Allah, seolah-olah aku melihat kehancuran kaum itu saat ini”.
Perang Badar berakhir setelah bulan Ramadan atau awal dari Syawwal.
3. Penaklukkan Mekkah
Penaklukkan Mekkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke delapan. Penyebab perang ini adalah terjadinya pertempuran antara Bani Bakar melawan Bani Khuza'ah. Pemicu pertempuran antara keduanya adalah seorang dari Bani Al-Khadrami, namanya Malik bin Abbad, yang merupakan sekutu dari Bani Bakar, keluar untuk berdagang.
Ketika dia sampai ke tanah Khuza'ah, mereka melakukan kejahatan Terhadap Malik bin Abbad, membunuhnya, dan merampas harta bendanya. Kemudian, Bani Bakar pun membalas dendam dan membunuh salah seorang dari Bani Khuza'ah.
Permusuhan ini berlarut-larut hingga Islam menjadi penghalang antara keduanya dalam permusuhan, dan orang-orang lebih tertarik dengan isu Islam dan dakwahnya. Ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah saw. dengan Quraisy, syarat-syarat perjanjian yang berlaku bagi Rasulullah saw. dengan Quraisy juga berlaku atas para sekutu masing-masing. Diantara ketentuan syarat perjanjian tersebut; bahwa barang siapa Ingin masuk ke dalam sekutu Rasulullah saw., boleh melakukannya, dan barang siapa yang ingin masuk ke dalam sekutu Quraisy, dipersilahkan. Bani Bakar masuk ke dalam sekutu Quraisy dan Bani Khuza'ah masuk ke dalam sekutu Rasulullah saw.
Bani Bakar merasa ada peluang untuk melakukan pembalasan kepada Bani Khuza'ah. Naufal bin Mu'awiyah bersama pengikutnya, yaitu pemimpin Bani Bakar - namun tidak semua Bani Bakar ikut bersamanya - keluar menyerang Bani Khuza'ah di lembah mereka dan sumur mereka, yaitu Al-Watir. Mereka membunuh orang-orang yang ada dan terjadilah pertempuran.
Quraisy ikut memasok senjata kepada Bani Bakar, dan dengan sembunyi-sembunyi mereka juga ikut membantu dalam pasukan Bani Bakar, hingga mereka berhasil mendesak Bani Khuza'ah sampai ke dekat areal tanah haram. Dengan perbuatan ini, maka Quraisy telah melanggar salah satu syarat perjanjian damai, dan dengan demikian mereka telah memaklumkan perang terhadap Rasulullah saw. Dan kaum muslimin.
Rasulullah saw. pun menyiapkan pasukan untuk menyerang Makkah. Rasulullah saw. keluar bertolak dari Madinah pada hari ke sepuluh bulan Ramadhan. Rasulullah saw. berangkat dari Madinah dalam kondisi puasa, demkian Pula para pasukan beliau. Namun ketika sampai di Kadid, antara Asfan dan Amaj, Beliau berbuka, demikian pula para pasukan beliau ikut berbuka.
Rasulullah saw. berhasil menaklukkan Mekkah dengan gilang-gemilang, Tanpa banyak menumpahkan darah. Allah swt. melukiskan hal itu dalam firman-Nya,
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. maka Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr: 1-3).
Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan
Suci
Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA, Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT
Source: IKADI
"hendra"
Komentar
“setelah Rasulullah saw. mendengar Abu Sufyan akan bertolak dari Syam, beliau menyemangati kaum muslimin agar menghadangnya, dan Rasulullah saw.
bersabda, "Inilah kafilah dagang Quraisy yang membawa harta benda mereka. Maka keluarlah kalian untuk menghadangnya, semoga Allah memberikan harta rampasan kepada kalian”.
Maka menurut kesimpulan saya:
1. Apakah ini merupakan cikal bakal perang badar, yaitu dikarenakan Nabi memperbolehkan merampas harta benda karavan Abu Sufyan?sehingga kaum Quraisy menjadi murka dan balas dendam?
2. Masih ada pertanyaan dibenak saya. Mengapa Nabi memperbolehkan merampas harta benda orang lain, meskipun mereka adalah orang musyrik? Bukankah akhirnya dimasa kini, kita dilarang merampas hak milik orang lain walaupun orang itu tidak sekeyakinan dengan kita?