ARTIKEL SERIAL RAMADHAN
(Bagian ke-7)
RAMADHAN DAN LIMPAHAN KASIH SAYANG
Kasih sayang dan rahmat Allah swt. berlimpah dalam bulan Ramadhan. Pintu-pintu rahmat terbuka lebar dan pintu-pintu kemurkaan-Nya tertutup rapat. Syaitan yang enjadi simbol perusak dan pengganggu ketentraman dan kasih sayang antara manusia, ibelenggu dengan erat di neraka.
Kondisi telah dibuat sedemikian rupa, sehingga kaum muslimin dapat menumbuhkan dan
menyuburkan rasa kasih sayang antara mereka, khususnya orang-orang yangbutuh bantuan dan ditimpa kemalangan dari orang-orang yang beriman. Memang, risalah Ramadhan bukan hanya menumbuhkan kasih sayang antara Sesame orang-orang yang beriman dan manusia secara umum. Namun, kasih sayang adalah salah satu misi dan target pokok dari puasa dan ibadah Ramadhan, yang tersirat dalam misi puncak, yaitu agar kaum mukminin bertakwa. Allah swt. berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakw" (QS. Al-Baqarah: 183).
Kasih sayang antara sesama umat Islam dan orang-orang yang beriman merupakan
salah satu faktor penting dalam kesempurnaan iman. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda,
"Demi Allah swt. yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak akan beriman seorang dari kalian, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya (yang beriman) sebagaimana apa yang dicintai untuk dirinya sendiri". (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah saw. memberikan perumpamaan tentang cinta dan kasih sayang antara
orang beriman laksana sebatang tubuh yang saling bertenggang rasa, saling menopang, saling mengasihi, dan berbagi rasa. Rasulullah saw. bersabda,
"perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta dan kasih sayang mereka
adalah laksana sebatang tubuh, dimana bila salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan demam dan 'kesulitan tidur'. (HR. Muslim)
Bahkan, kasih sayang antara umat Islam merupakan salah satu karakter dan sifat pokok atau utama yang ditetapkan Allah swt. atas umat Muhammad saw. Sifat ini sangat dipuji oleh Allah swt. sebagaimana firmannya,
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka" (QS. Al-Fath:29)
Dalam bulan Ramadhan, rasa kasih sayang dan cinta antara umat Islam, sangat
tepat untuk disemai dan dipupuk kembali, sehingga tumbuh subur dan bersemi.
Kasih sayang itu berupa segala macam bentuk kebaikan dan pembelaan terhadap
sesama mukmin. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"barang siapa yang menutup aib saudaranya yang muslim di dunia, maka Allah
swt. akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang membantu menyelesaikan masalah yang menghimpit saudaranya (yang beriman) di dunia, maka Allah swt. akan menyelesaikan masalah yang menghimpitnya pada hari kiamat. Dan Allah swt. pasti menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya (yang beriman)". (HR. Muslim).
1. Membina Sifat Kasih Sayang
Rasulullah saw. memberikan contoh dan keteladanan berkenaan dengan kasih sayang. Rasulullah saw. adalah sosok yang penuh kasih dan sayang. Sifat kasih sayang telah terbina dalam diri beliau sejak masih belia. Diantara faktor yang sangat berpengaruh dalam menumbuhkan sifat kasih sayang dalam diri beliau adalah kecintaan dan kasih sayang terhadap binatang, khususnya terhadap kambing yang beliau gembala.
Rasulullah saw. menyebutkan bahwa tidak seorang nabi dan rasul pun Yang diutus oleh Allah swt., melainkan pernah menggembala kambing. Termasuk Rasulullah saw. pernah menggembala kambing beberapa tahun, ketika masih remaja. Hikmahnya yang tersirat dalam aktivitas menggembala kambing Adalah Allah swt. menguji dan mendidik mental para nabi dan rasul agar bersabar dan bersifat kasih sayang terhadap binatang, sehingga mereka lebih bias mencintai dan lebih menyayangi manusia, umatnya, dan sesama makhluk yang lain.
Sesungguhnya, kasih sayang terhadap binatang itu sendiri adalah
sifat dan perilaku yang sangat mulia di sisi Allah swt. dan mendapat imbalan
yang agung dari-Nya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata;
Rasulullah saw. Bersabda,
"ketika seorang sedang berjalan-jalan, dia merasakan sangat kehausan. Kemudian dia menemukan sebuah sumur, lalu dia turun ke sumur itu dan minum sepuas-puasnya. Ketika dia naik, tiba-tiba dia melihat ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilat tanah karena kehausan. Dia berkata pada dirinya, pasti anjing ini ditimpa kehausan seperti aku tadi mengalami kehausan. Lalu diapun kembali turun ke sumur dan memenuhi 'khuff' (sepatu)nya dengan air, memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia
Merangkak naik untuk memberi minum anjing itu. Allah swt. berterima kasih Kepadanya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya, 'wahai Rasulullah saw. Apakah kami mendapat ganjaran dalam melayani binatang?' Rasulullah saw. Bersabda, "dalam tiap-tiap makhluk yang memiliki hati yang masih segar ada pahala dan ganjaran". (HR. Samarkandi).
Dalam praktek sahabat, dapat kita simpulkan betapa serius mereka membina kasih sayang itu dalam diri mereka, dengan berusaha melayani sesama saudara. Betapa menakjubkan gambaran kasih dan cinta yang terjalin antara para sahabat Anshar terhadap kaum Muhajirin. Gambaran kasih dan cinta mereka cukuplah diwakili oleh ayat al-Qur'an sebagai berikut,
"Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr: 9).
Oleh karena itu, dalam potret diri Umar bin Khattab, seorang khalifah yang sangat bijak dan kasih terhadap rakyatnya, kita temukan beberapa riwayat tentang cintanya terhadap rakyatnya. Dari Anas bin Malik ra. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab ra. pada suatu malam sedang keliling melakukan ronda. Dia melewati sekelompok orang yang mampir untuk menginap (di kota Madinah). Dia sangat khawatir dan takut ada orang yang mencuri barang-barang mereka.
Kemudian Umar mendatangi Abdurrahman bin Auf ra. yang kaget dan bertanya,"apa yang membuat Anda datang pada larut malam seperti ini, wahai Amirul Mukminin? Dia menjawab, "aku melewati sekelompok orang yang mampir. Naluriku berkata, bila mereka bermalam dan tidur, aku takut mereka akan kecurian. Maka ikutlah denganku agar kita menjaganya malam ini. Keduanya pun bertolak. Keduanya duduk dekat orang-orang itu semalam suntuk, untuk menjaganya, hingga ketika melihat subuh telah tiba, Umar menyeru, "wahai orang-orang, shalat subuh...shalat subuh...berkali-kali. Setelah melihat mereka telah bergerak dan bangkit dari tidurnya, keduanya pun bangkit dan menuju
ke masjid.
Bahkan, para sahabat tidak hanya menyayangi orang-orang yang beriman. Kasih sayang mereka juga tercurah bagi para ahli dzimmah, yaitu orang-orang non-muslim yang berlindung dalam khilafah Islam.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab melihat seorang laki-laki tua dari ahli dzimmah yang meminta-minta dari satu pintu ke pintu yang lain. Umar berkata kepadanya, "kami telah berbuat tidak adil terhadap Anda. Kami telah mengambil jizyah (upeti) dari Anda ketika Anda masih muda, namun saat ini kami telah menyia-nyiakan Anda. Kemudian Umar memerintahkan agar mencukupi makanannya dari baitul mal (gudang perbendaharaan negara) milik kaum muslimin".
2. Kasih Sayang Rasulullah saw.
Allah swt. selalu penuh perhatian terhadap hamba-hamba-Nya, dan diantara kasih ayang-Nya, Dia menganugerahkan risalah-Nya kepada manusia lewat pengutusan seorang Rasul, yang sangat kasih dan cinta kepada umatnya. Allah swt. menegaskan hal itu dalam firman-Nya,
"sesungguhnya telah datang kepada kalian, seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman". (QS. At-Taubah: 128).
Dengan misi sebagai teladan bagi seluruh manusia, seorang Rasul
haruslah orang yang terbaik. Muhammad bin Abdullah adalah orang yang terbaik
itu. Beliau memiliki segala kelayakan dan keistimewaan sebagai seorang
yang paling pantas dijadikan teladan dan panutan. Dalam ayat di atas
tergambar jelas sebagian sifat istimewa Rasulullah saw. itu.
Sifat yang tergambar dalam ayat itu adalah kepedulian Rasulullah saw. terhadap matnya yang sangat mendalam. Beliau sangat prihatin dan penuh belas kasih terhadap orang-orang yang beriman. Dengan segala upaya, beliau menyelamatkan mereka dari perangkap-perangkap kemusyrikan, kekafiran, kefasikan, kemunafikan, dan kezhaliman. Beliau terus-menerus menghalau segala musuh, baik hawa nafsu ataupun syaitan dari umatnya.Bentuk perhatian Rasulullah saw. terhadap umatnya dan kasih sayang beliau kepada mereka terlihat jelas pada saat beliau berada dalam sakaratul maut. Layaknya seorang yang akan meninggalkan dunia ini, Rasulullah saw. pun sangat mengkhawatirkan orang-orang yang dicintainya.
Namun, tidak seperti orang kebanyakan, yang ketika dalam sakaratul maut sering mengingat dan menyebut-nyebut kekasihnya, isterinya, anaknya tercinta, binatang piarannya yang tersayang, dan lain-lain. Rasulullah saw. hanya mengingat umatnya. Beliau terus-menerus mengadu kepada Tuhannya, "umatku... umatku., bagaimana nasib umatku setelah peninggalanku?". Beliau sangat mengkhawatirkan umatnya kembali kepada kemusyrikan, kekufuran, dan kesesatan.
Oleh karena itu, mencintai Rasulullah saw. merupakan kewajiban setiap umat Islam. Rasulullah saw. berada dalam urutan kedua setelah Allah swt. dalam skala prioritas cinta seorang muslim (QS. At-Taubah ayat: 24).
Nah, sudahkah kita menempatkan Rasulullah saw. sebagai kekasih, teladan, dan uswah tertinggi dari seluruh manusia lainnya? Ataukah kita masih lebih mengagungkan kyai, ulama, pemimpin, tokoh politik, negarawan dan lain-lain, melebihi pengagungan kita kepada Rasulullah saw.?
Konsekuensi yang paling penting disadari oleh umat dari menteladani Rasulullah saw. adalah mentaati dan mengikuti sunnah beliau. Mari kita ukur sikap meneladani kita kepada Rasulullah saw. dari sisi itu, khususnya dalam hal kasih sayang dan cinta.
Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan
Suci
Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA, Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT
Source: IKADI
"hendra"
(Bagian ke-7)
RAMADHAN DAN LIMPAHAN KASIH SAYANG
Kasih sayang dan rahmat Allah swt. berlimpah dalam bulan Ramadhan. Pintu-pintu rahmat terbuka lebar dan pintu-pintu kemurkaan-Nya tertutup rapat. Syaitan yang enjadi simbol perusak dan pengganggu ketentraman dan kasih sayang antara manusia, ibelenggu dengan erat di neraka.
Kondisi telah dibuat sedemikian rupa, sehingga kaum muslimin dapat menumbuhkan dan
menyuburkan rasa kasih sayang antara mereka, khususnya orang-orang yangbutuh bantuan dan ditimpa kemalangan dari orang-orang yang beriman. Memang, risalah Ramadhan bukan hanya menumbuhkan kasih sayang antara Sesame orang-orang yang beriman dan manusia secara umum. Namun, kasih sayang adalah salah satu misi dan target pokok dari puasa dan ibadah Ramadhan, yang tersirat dalam misi puncak, yaitu agar kaum mukminin bertakwa. Allah swt. berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakw" (QS. Al-Baqarah: 183).
Kasih sayang antara sesama umat Islam dan orang-orang yang beriman merupakan
salah satu faktor penting dalam kesempurnaan iman. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda,
"Demi Allah swt. yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak akan beriman seorang dari kalian, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya (yang beriman) sebagaimana apa yang dicintai untuk dirinya sendiri". (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah saw. memberikan perumpamaan tentang cinta dan kasih sayang antara
orang beriman laksana sebatang tubuh yang saling bertenggang rasa, saling menopang, saling mengasihi, dan berbagi rasa. Rasulullah saw. bersabda,
"perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta dan kasih sayang mereka
adalah laksana sebatang tubuh, dimana bila salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan demam dan 'kesulitan tidur'. (HR. Muslim)
Bahkan, kasih sayang antara umat Islam merupakan salah satu karakter dan sifat pokok atau utama yang ditetapkan Allah swt. atas umat Muhammad saw. Sifat ini sangat dipuji oleh Allah swt. sebagaimana firmannya,
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka" (QS. Al-Fath:29)
Dalam bulan Ramadhan, rasa kasih sayang dan cinta antara umat Islam, sangat
tepat untuk disemai dan dipupuk kembali, sehingga tumbuh subur dan bersemi.
Kasih sayang itu berupa segala macam bentuk kebaikan dan pembelaan terhadap
sesama mukmin. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"barang siapa yang menutup aib saudaranya yang muslim di dunia, maka Allah
swt. akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang membantu menyelesaikan masalah yang menghimpit saudaranya (yang beriman) di dunia, maka Allah swt. akan menyelesaikan masalah yang menghimpitnya pada hari kiamat. Dan Allah swt. pasti menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya (yang beriman)". (HR. Muslim).
1. Membina Sifat Kasih Sayang
Rasulullah saw. memberikan contoh dan keteladanan berkenaan dengan kasih sayang. Rasulullah saw. adalah sosok yang penuh kasih dan sayang. Sifat kasih sayang telah terbina dalam diri beliau sejak masih belia. Diantara faktor yang sangat berpengaruh dalam menumbuhkan sifat kasih sayang dalam diri beliau adalah kecintaan dan kasih sayang terhadap binatang, khususnya terhadap kambing yang beliau gembala.
Rasulullah saw. menyebutkan bahwa tidak seorang nabi dan rasul pun Yang diutus oleh Allah swt., melainkan pernah menggembala kambing. Termasuk Rasulullah saw. pernah menggembala kambing beberapa tahun, ketika masih remaja. Hikmahnya yang tersirat dalam aktivitas menggembala kambing Adalah Allah swt. menguji dan mendidik mental para nabi dan rasul agar bersabar dan bersifat kasih sayang terhadap binatang, sehingga mereka lebih bias mencintai dan lebih menyayangi manusia, umatnya, dan sesama makhluk yang lain.
Sesungguhnya, kasih sayang terhadap binatang itu sendiri adalah
sifat dan perilaku yang sangat mulia di sisi Allah swt. dan mendapat imbalan
yang agung dari-Nya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata;
Rasulullah saw. Bersabda,
"ketika seorang sedang berjalan-jalan, dia merasakan sangat kehausan. Kemudian dia menemukan sebuah sumur, lalu dia turun ke sumur itu dan minum sepuas-puasnya. Ketika dia naik, tiba-tiba dia melihat ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilat tanah karena kehausan. Dia berkata pada dirinya, pasti anjing ini ditimpa kehausan seperti aku tadi mengalami kehausan. Lalu diapun kembali turun ke sumur dan memenuhi 'khuff' (sepatu)nya dengan air, memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia
Merangkak naik untuk memberi minum anjing itu. Allah swt. berterima kasih Kepadanya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya, 'wahai Rasulullah saw. Apakah kami mendapat ganjaran dalam melayani binatang?' Rasulullah saw. Bersabda, "dalam tiap-tiap makhluk yang memiliki hati yang masih segar ada pahala dan ganjaran". (HR. Samarkandi).
Dalam praktek sahabat, dapat kita simpulkan betapa serius mereka membina kasih sayang itu dalam diri mereka, dengan berusaha melayani sesama saudara. Betapa menakjubkan gambaran kasih dan cinta yang terjalin antara para sahabat Anshar terhadap kaum Muhajirin. Gambaran kasih dan cinta mereka cukuplah diwakili oleh ayat al-Qur'an sebagai berikut,
"Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr: 9).
Oleh karena itu, dalam potret diri Umar bin Khattab, seorang khalifah yang sangat bijak dan kasih terhadap rakyatnya, kita temukan beberapa riwayat tentang cintanya terhadap rakyatnya. Dari Anas bin Malik ra. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab ra. pada suatu malam sedang keliling melakukan ronda. Dia melewati sekelompok orang yang mampir untuk menginap (di kota Madinah). Dia sangat khawatir dan takut ada orang yang mencuri barang-barang mereka.
Kemudian Umar mendatangi Abdurrahman bin Auf ra. yang kaget dan bertanya,"apa yang membuat Anda datang pada larut malam seperti ini, wahai Amirul Mukminin? Dia menjawab, "aku melewati sekelompok orang yang mampir. Naluriku berkata, bila mereka bermalam dan tidur, aku takut mereka akan kecurian. Maka ikutlah denganku agar kita menjaganya malam ini. Keduanya pun bertolak. Keduanya duduk dekat orang-orang itu semalam suntuk, untuk menjaganya, hingga ketika melihat subuh telah tiba, Umar menyeru, "wahai orang-orang, shalat subuh...shalat subuh...berkali-kali. Setelah melihat mereka telah bergerak dan bangkit dari tidurnya, keduanya pun bangkit dan menuju
ke masjid.
Bahkan, para sahabat tidak hanya menyayangi orang-orang yang beriman. Kasih sayang mereka juga tercurah bagi para ahli dzimmah, yaitu orang-orang non-muslim yang berlindung dalam khilafah Islam.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab melihat seorang laki-laki tua dari ahli dzimmah yang meminta-minta dari satu pintu ke pintu yang lain. Umar berkata kepadanya, "kami telah berbuat tidak adil terhadap Anda. Kami telah mengambil jizyah (upeti) dari Anda ketika Anda masih muda, namun saat ini kami telah menyia-nyiakan Anda. Kemudian Umar memerintahkan agar mencukupi makanannya dari baitul mal (gudang perbendaharaan negara) milik kaum muslimin".
2. Kasih Sayang Rasulullah saw.
Allah swt. selalu penuh perhatian terhadap hamba-hamba-Nya, dan diantara kasih ayang-Nya, Dia menganugerahkan risalah-Nya kepada manusia lewat pengutusan seorang Rasul, yang sangat kasih dan cinta kepada umatnya. Allah swt. menegaskan hal itu dalam firman-Nya,
"sesungguhnya telah datang kepada kalian, seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman". (QS. At-Taubah: 128).
Dengan misi sebagai teladan bagi seluruh manusia, seorang Rasul
haruslah orang yang terbaik. Muhammad bin Abdullah adalah orang yang terbaik
itu. Beliau memiliki segala kelayakan dan keistimewaan sebagai seorang
yang paling pantas dijadikan teladan dan panutan. Dalam ayat di atas
tergambar jelas sebagian sifat istimewa Rasulullah saw. itu.
Sifat yang tergambar dalam ayat itu adalah kepedulian Rasulullah saw. terhadap matnya yang sangat mendalam. Beliau sangat prihatin dan penuh belas kasih terhadap orang-orang yang beriman. Dengan segala upaya, beliau menyelamatkan mereka dari perangkap-perangkap kemusyrikan, kekafiran, kefasikan, kemunafikan, dan kezhaliman. Beliau terus-menerus menghalau segala musuh, baik hawa nafsu ataupun syaitan dari umatnya.Bentuk perhatian Rasulullah saw. terhadap umatnya dan kasih sayang beliau kepada mereka terlihat jelas pada saat beliau berada dalam sakaratul maut. Layaknya seorang yang akan meninggalkan dunia ini, Rasulullah saw. pun sangat mengkhawatirkan orang-orang yang dicintainya.
Namun, tidak seperti orang kebanyakan, yang ketika dalam sakaratul maut sering mengingat dan menyebut-nyebut kekasihnya, isterinya, anaknya tercinta, binatang piarannya yang tersayang, dan lain-lain. Rasulullah saw. hanya mengingat umatnya. Beliau terus-menerus mengadu kepada Tuhannya, "umatku... umatku., bagaimana nasib umatku setelah peninggalanku?". Beliau sangat mengkhawatirkan umatnya kembali kepada kemusyrikan, kekufuran, dan kesesatan.
Oleh karena itu, mencintai Rasulullah saw. merupakan kewajiban setiap umat Islam. Rasulullah saw. berada dalam urutan kedua setelah Allah swt. dalam skala prioritas cinta seorang muslim (QS. At-Taubah ayat: 24).
Nah, sudahkah kita menempatkan Rasulullah saw. sebagai kekasih, teladan, dan uswah tertinggi dari seluruh manusia lainnya? Ataukah kita masih lebih mengagungkan kyai, ulama, pemimpin, tokoh politik, negarawan dan lain-lain, melebihi pengagungan kita kepada Rasulullah saw.?
Konsekuensi yang paling penting disadari oleh umat dari menteladani Rasulullah saw. adalah mentaati dan mengikuti sunnah beliau. Mari kita ukur sikap meneladani kita kepada Rasulullah saw. dari sisi itu, khususnya dalam hal kasih sayang dan cinta.
Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan
Suci
Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA, Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT
Source: IKADI
"hendra"
Komentar