http://www.tempointeraktif.com/
Sungai Musi Tercemat Pabrik Karet
Minggu, 11 November 2007 17:19 WIB
TEMPO Interaktif, Palembang: Sekitar 15 pabrik karet yang berdiri di sepanjang Sungai Musi di Sumatera Selatan menyebabkan sungai ini tercemar. Indikasi pencematan ini terlihat dari aroma tak sedap dan ditemukan gumpalan hitam di sejumlah titik.
“Setiap hari pabrik itu mencemari sungai,” kata Kepala Divisi Polusi Industri Walhi Sumatera Selatan Dolly Reza Pahlevi di Palembang. Berdasarkan penelitian Walhi Sumatera Selatan di Kramasan dan Kertapati, sejumlah pabrik karet tidak memiliki instalasi pembuangan air limbah yang memadai. Pabrik itu masih menggunakan air tawas untuk proses katalisasi pengelolaan karet. Air limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke sungai tanpa diproses lebih dulu.
Menanggapi temuan Walhi ini, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex Kurniawan Edy mengatakan seluruh pabrik karet di daerah ini sudah memiliki instalasi pembuangan air limbah. Metode pembuangan limbah terbaru sudah diterapkan oleh beberapa pabrik. “Tapi, ada sejumlah instalasi yang perlu disempurkan,” kata Alex.
Menurut Alex, kondisi pabrik karena saat ini sudah jauh berbeda dibanding era 1900-an ketika pabrik langsung membuang limbahnya ke sungai tanpa diproses lebih dulu. “Sekarang rata-rata pabrik memakai simtem pengolahan limbah,” katanya. Ada tiga sistem pengolahan yang dipakai. -arif ardiansyah -
Sungai Musi Tercemat Pabrik Karet
Minggu, 11 November 2007 17:19 WIB
TEMPO Interaktif, Palembang: Sekitar 15 pabrik karet yang berdiri di sepanjang Sungai Musi di Sumatera Selatan menyebabkan sungai ini tercemar. Indikasi pencematan ini terlihat dari aroma tak sedap dan ditemukan gumpalan hitam di sejumlah titik.
“Setiap hari pabrik itu mencemari sungai,” kata Kepala Divisi Polusi Industri Walhi Sumatera Selatan Dolly Reza Pahlevi di Palembang. Berdasarkan penelitian Walhi Sumatera Selatan di Kramasan dan Kertapati, sejumlah pabrik karet tidak memiliki instalasi pembuangan air limbah yang memadai. Pabrik itu masih menggunakan air tawas untuk proses katalisasi pengelolaan karet. Air limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke sungai tanpa diproses lebih dulu.
Menanggapi temuan Walhi ini, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex Kurniawan Edy mengatakan seluruh pabrik karet di daerah ini sudah memiliki instalasi pembuangan air limbah. Metode pembuangan limbah terbaru sudah diterapkan oleh beberapa pabrik. “Tapi, ada sejumlah instalasi yang perlu disempurkan,” kata Alex.
Menurut Alex, kondisi pabrik karena saat ini sudah jauh berbeda dibanding era 1900-an ketika pabrik langsung membuang limbahnya ke sungai tanpa diproses lebih dulu. “Sekarang rata-rata pabrik memakai simtem pengolahan limbah,” katanya. Ada tiga sistem pengolahan yang dipakai. -arif ardiansyah -
Komentar