Pemimpin yang Tengil (1)
01 Oct 2006 10:14 PM WIB
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Semoga Allah yang maha tahu keadaan kita yang sebenarnya, menolong diri kita agar memiliki keberanian untuk mengetahui kekurangan diri sendiri sebelum mencari kekurangan orang lain.
Memampukan diri kita menjadi contoh kebaikan sebelum menuntut orang lain berbuat kebaikan. Dan semoga Allah menjadikan diri kita semua menjadi suri tauladan yang nyata, senyata-nyatanya dalam kebenaran. Amin Ya Allah Ya Rabbal'Alamin.
Pembaca yang budiman, siapakah yang beruntung? Ada yang menganggap keberuntungan kalau mendapatkan uang. Ada yang menganggap beruntung kalau punya jabatan. Ada juga yang menganggap beruntung kalau jadi populer. Ada juga yang menyangka beruntung kalau menjadi orang yang berkuasa.
Nabi mengisyaratkan orang yang beruntung adalah "Man kaana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa raakihun" Barang siapa yang hari ini berubah menjadi lebih baik daripada hari kemarin, dialah orang yang beruntung. Andaikata sama hari ini dengan hari kemarin, rugi. Andaikata hari ini lebih buruk dari hari kemarin, celaka. Bangsa kita akan disebut bangsa beruntung kalau setiap hari berubah menjadi lebih baik. Kalau sama bangsa ini rugi, kalau lebih buruk bangsa ini celaka.
Jangan ukur kesuksesan dengan aksesoris duniawi. Sebelum punya jabatan, dia bagus. Sesudah punya jabatan kelakuannya jadi buruk, maka jabatan pangkal celaka. Sebelum jadi anggota titik-titik, dia rendah hati. Sesudah jadi anggota titik-titik dia tinggi hati. Maka jabatan itu mencelakakan dirinya dan mencelakakan orang lain. Sebelum populer di bersahaja. Sesudah populer dia bermegah, bermewah, dan jadi sombong. Maka popularitas adalah pangkal kecelakaan. Maka jangan anggap sukses orang yang berharta, jangan anggap sukses orang yang bergelar, berjabatan, berkuasa, jangan anggap sukses orang yang berhaji, kalau apa yang didapatkan tidak mengubah dirinya menjadi lebih baik.
Maka kunci kesuksesan tidak dilihat dari aksesoris, tapi sanggupkah dia berubah dari hari ke hari "Khairan min amsihi" setiap hari menjadi lebih baik. Jadi kalau suami ibu terpilih menjadi seorang yang memiliki jabatan lihat sesudah memiliki jabatan dia semakin baik tidak akhlaknya, semakin lembut tidak kepada keluarganya, semakin bagus tidak ibadahnya. Kalau dengan jabatan menjadi turun, maka dia tidak beruntung. Ada orang yang katanya sebelum populer sangat rendah hati, bersahaja. Ketika sudah populer, dia tidak siap dengan popularitasnya. Menjadi angkuh, menjadi sombong, menjadi rewel.
Nah, dia rugi oleh popularitasnya. Sebentar lagi Indonesia memasuki era baru yaitu adanya Pilkada. Era di mana rakyat boleh memillih kepala daerahnya langsung. Kalau dulu dewan yang memilih, sekarang rakyat yang memilih. Ini penting, jangan sampai salah pilih. Karena salah pilih maka nanti keputusan-keputusannya akan mencelakakan.
Andaikata kita memilih walikota, atau bupati, atau kepala daerah dan dia tidak memiliki kemampuan memimpin yang baik, maka yang rugi kita sendiri.
Pemimpin yang buruk itu cirinya TENGIL. Yang bagaimana tolong rakyat Indonesia, kalau nanti melihat calon pemimpin jangan dilihat menjelang pemilu saja Karena kalau menjelang pemilu rajin silaturahmi, biasanya tidak silaturahmi, sesudah terpilih tidak akan silaturahmi lagi. Jadi ada yang soleh mendadak. Jadi rajin ke mesjid mendadak, jadi khotib. Ada yang jadi dermawan mendadak. Kalau serba dermawan ini tidak asli.
Pemimpin apa yang kita butuhkan? Sederhana saja, kita ingin berubah harus dipimpin oleh orang yang bisa merubah. Siapa pemimpin yang bisa merubah adalah pemimpin yang bisa merubah dirinya. Sederhana kan... Jadi kunci kehebatan seorang pemimpin adalah bisakah dia memimpin dirinya. Bagaimana memimpin orang lain kalau memimpin diri sendiri saja tidak sanggup.
Jadi rahasia pemimpin adalah Cuma tiga kuncinya. Satu keteladanan, dua keteladanan, tiga keteladanan. Selebihnya bonus. Apa yang bisa dilakukan kalau dia memimpin dirinya saja tidak bisa. Dia akan gunakan jabatannya untuk memperkaya diri, dia akan gunakan jabatannya untuk nyolong. Dan terus. Padahal pemimpin itu pelayan. Bukan perampok kaumnya.
Harusnya pemimpin itu kalau jadi pemimpin, minimal sama. Syukur kalau makin miskin, karena habis hartanya untuk dipakai memimpin, Nabi Muhammad kan begitu. Sebelumnya diberitahu dulu, kalau pemimpin tidak berhasil menjadi tauladan biasanya memiliki penyakit TENGIL.
T-nya adalah Takabur. Jadi orang yang petantang-petenteng sombong, dia nggak ngerti tuh, bahwa dia pasti mati.
E-nya itu Egois. Pemimpin egois jangan dipilih, celaka.
N-nya Norak. Norak ini pemimpinnya norak. Pokoknya nggak pantes, gitu. Over acting, apa sih bahasa Indonesianya?
G-nya adalah Galak. Pemimpin galak, nggak bisa aman. Semua dimarahi terus.
I-nya Iri dengki. Celaka punya pemimpin iri.
Dan L-nya adalah Licik.
Jadi tolong seluruh masyarakat Indonesia pelajari calon Pilkadanya termasuk berpenyakit TENGIL atau tidak.
Apa ciri T-nya, Takabur? Orang takabur itu dua kalau menurut Nabi. Satu mendustakan kebenaran, yang kedua meremehkan orang lain. Jadi seorang pemimpin yang takabur itu adalah orang yang tidak menyukai agama. Karena agama dianggap banyak aturan. Tidak senang kepada agama, meremehkan ibadah, ini ciri-ciri pemimpin TENGIL itu. Padahal dia cuma manusia yang asalnya setetes mani, ujungnya jadi bangkai, ke mana-mana bawa (maaf) eo', kan gitu. Hati-hati, dinasehati tidak mau, tidak pernah mau datang ke majlis taklim. Tidak pernah nambah ilmu agama, jadi dia ngarang kebenaran itu versi dia.
Bayangkan masuk ke dalam hutan tidak tahu ilmu hutan, pasti ngarang. Jangan pilih pemimpin yang menganggap remeh agama, jangan pilih pemimpin yang tidak pernah ibadah, celaka! Kita bisa disesatkan. Dia tidak takut kepada Allah, takut kepada siapa lagi? Bisa dirampok kita ini. Dan jangan pilih pemimpin yang kerjanya merendahkan orang lain. Karyawan dianggap rendah, tidak mungkin. Merendahkan karyawan itu menghancurkan semangat kerja. Tidak mungkin kita maju tanpa orang lain.
Ingat teori bersih? Kantor bersih siapa yang membersihkan? cleaning Service. Bersih penting tidak? Penting. Petugas cleaning Service penting tidak? Kalau begitu petugas cleaning service orang penting? Betul?! Sikapi petugas cleaning service seperti menyikapi orang penting. Itulah orang yang rendah hati. Kalau dia menganggap remeh petugas sampah, menganggap remeh petugas kebersihan, itulah pemimpin sombong.
Pemimpin yang bisa memuliakan karyawannya, itulah pemimpinn sejati. Pemimpin yang bisa memuliakan rakyatnya, itulah yang penting. Jadi harusnya pemimpin itu lebih menghormati rakyat daripada rakyat menghormati dirinya.
Kenapa? Karena pemimpin dipilih oleh rakyat, kan begitu. "Laqad kaana lakum fii rasuulillahi uswatun hasanah" itulah yang diisyaratkan Al-Qur'an tentang bagaiman Nabi menjadi contoh. Kebaikan, suri tauladan. Orang yang egois itu di kantor susah, maunya menang sendiri. Kalau bicara mau didengar sendiri pendapatnya, orang lain bicara, belum selesai sudah dipotong. Dan pemimpin egois seperti ini, dia tidak punya program yang bagus hasil diskusi yang ada adalah karangannya sendiri. Dan maunya nyalahkan orang lain saja. Tidak mau disalahkan. Ini tipe pemimpin norak.
Eh, tahu egois kecil-kecilan? Orang yang egois kecil-kecilan tapi besar yaitu perokok. Orang yang merokok juga egois. Dia ngisep racun sambil meracuni orang lain. Hati-hati tuh, dia menyenangkan diri sambil mencelakakan orang lain. Jadi kalau saudara ingin menjadi pemimpin, jangan ngerokok. Kecuali merokok yang kepalanya dibungkus pake kantong semen. Jadi utuh, terserap sepenuhnya. Bahkan kalau bisa puntungnya juga dikunyah. Kalau bisa para pemimpin tidak usah merokok, yah? Setuju tidak? Karena sudah ada tulisan, "Merokok Dapat merusak kesehatan, mengakibatkan gangguan jantung, ambeyen, impoten, kanker, merusak janin".
Bagaimana mungkin pemimpin tidak bisa baca? Rakyat kami sedang menderita. Uang Cuma tidak seberapa, satu bungkus Rp 6.000,- sebulan Rp 180.000,- saya sebagai pemimpin tidak boleh menjerumuskan rakyat memberi contoh buruk. Lebih baik Rp 180.000,- sebulan beli anak domba, maka dalam tempo setahun kita punya enam pasang domba. Kita bisa punya banyak domba gara-gara berhenti merokok.
Kalau kayu jati, yang kecil harganya Rp 15.000,- dalam tempo 15 tahun pohon jati akan besar, dan itu 2 kubik, satu pohon itu. Sekarang satu kubik berapa? Rp 3.000.000,- maka kita dapat Rp 6.000.000,- Daripada saya merokok, lebih baik dibelikan beberapa puluh batang? Katakanlah 15, tanam. 15 tahun kemudian anak kita bisa naik haji hanya karena pohon yang kita tanam dari berhenti merokok satu bulan. Wah … lama bener 15 tahun …
Bapak tahu kerusuhan terjadi tahun berapa? 1997, sekarang 2005 sudah 8 tahun itu. Punya anak, tanam pohon jati, daripada merokok. 15 tahun kemudian anak bisa kuliah modal pohon jati. Betul tidak? Minat tidak nih? Pemimpin harusnya jangan egois, contohkan yang bagus. Norak. Pemimpin mah tidak usah pamer banyak hal, tidak usah pamer kekayaan, tidak usah pamer yang bermerk bukan tidak boleh, silakan saja. Tapi jadi pemimpin saja sudah dihargai, bahkan kalau pemimpin rakyatnya miskin, tapi kepala daerah mobilnya mewah, itu yang membuat rakyat curiga dan jadi sebel. Pernah suatu saat diundang di sebuah daerah. Mobilnya bagus sekali yang harganya satu koma sekian Miliar Rupiah. Sangat tidak enak, melewati rumah-rumah kumuh, miskin. Terus apa bangganya pak titik-titik?, apa bangganya naik mobil mewah di sekitar rakyat miskin. Mendingan naik ojek, mendingan naik Pick-Up daripada mobil mewah, di sekitar rakyatnya miskin. Bukan tidak boleh pakai mobil bagus, silakan. Asal proporsional. Nah, ini norak namanya. Orang yang tidak meraba perasaan orang lain hanya semata-mata untuk memamerkan diri. Makanya hati-hati jangan pilih pemimpin yang TENGIL.
Takabur, Egois, Norak.
Alhamdulillaahirobbil'alamin
Sumber: Majalah KalamDT - Daarut Tauhiid Jakarta
Oleh : Aa Gym
Previous Back to Index Next Latest
Powered by RichColors, in corporation with Ravewarrior Design.
Pasted from <http://www.lnicommunity.net/article.php?id=6&type=1>
01 Oct 2006 10:14 PM WIB
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Semoga Allah yang maha tahu keadaan kita yang sebenarnya, menolong diri kita agar memiliki keberanian untuk mengetahui kekurangan diri sendiri sebelum mencari kekurangan orang lain.
Memampukan diri kita menjadi contoh kebaikan sebelum menuntut orang lain berbuat kebaikan. Dan semoga Allah menjadikan diri kita semua menjadi suri tauladan yang nyata, senyata-nyatanya dalam kebenaran. Amin Ya Allah Ya Rabbal'Alamin.
Pembaca yang budiman, siapakah yang beruntung? Ada yang menganggap keberuntungan kalau mendapatkan uang. Ada yang menganggap beruntung kalau punya jabatan. Ada juga yang menganggap beruntung kalau jadi populer. Ada juga yang menyangka beruntung kalau menjadi orang yang berkuasa.
Nabi mengisyaratkan orang yang beruntung adalah "Man kaana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa raakihun" Barang siapa yang hari ini berubah menjadi lebih baik daripada hari kemarin, dialah orang yang beruntung. Andaikata sama hari ini dengan hari kemarin, rugi. Andaikata hari ini lebih buruk dari hari kemarin, celaka. Bangsa kita akan disebut bangsa beruntung kalau setiap hari berubah menjadi lebih baik. Kalau sama bangsa ini rugi, kalau lebih buruk bangsa ini celaka.
Jangan ukur kesuksesan dengan aksesoris duniawi. Sebelum punya jabatan, dia bagus. Sesudah punya jabatan kelakuannya jadi buruk, maka jabatan pangkal celaka. Sebelum jadi anggota titik-titik, dia rendah hati. Sesudah jadi anggota titik-titik dia tinggi hati. Maka jabatan itu mencelakakan dirinya dan mencelakakan orang lain. Sebelum populer di bersahaja. Sesudah populer dia bermegah, bermewah, dan jadi sombong. Maka popularitas adalah pangkal kecelakaan. Maka jangan anggap sukses orang yang berharta, jangan anggap sukses orang yang bergelar, berjabatan, berkuasa, jangan anggap sukses orang yang berhaji, kalau apa yang didapatkan tidak mengubah dirinya menjadi lebih baik.
Maka kunci kesuksesan tidak dilihat dari aksesoris, tapi sanggupkah dia berubah dari hari ke hari "Khairan min amsihi" setiap hari menjadi lebih baik. Jadi kalau suami ibu terpilih menjadi seorang yang memiliki jabatan lihat sesudah memiliki jabatan dia semakin baik tidak akhlaknya, semakin lembut tidak kepada keluarganya, semakin bagus tidak ibadahnya. Kalau dengan jabatan menjadi turun, maka dia tidak beruntung. Ada orang yang katanya sebelum populer sangat rendah hati, bersahaja. Ketika sudah populer, dia tidak siap dengan popularitasnya. Menjadi angkuh, menjadi sombong, menjadi rewel.
Nah, dia rugi oleh popularitasnya. Sebentar lagi Indonesia memasuki era baru yaitu adanya Pilkada. Era di mana rakyat boleh memillih kepala daerahnya langsung. Kalau dulu dewan yang memilih, sekarang rakyat yang memilih. Ini penting, jangan sampai salah pilih. Karena salah pilih maka nanti keputusan-keputusannya akan mencelakakan.
Andaikata kita memilih walikota, atau bupati, atau kepala daerah dan dia tidak memiliki kemampuan memimpin yang baik, maka yang rugi kita sendiri.
Pemimpin yang buruk itu cirinya TENGIL. Yang bagaimana tolong rakyat Indonesia, kalau nanti melihat calon pemimpin jangan dilihat menjelang pemilu saja Karena kalau menjelang pemilu rajin silaturahmi, biasanya tidak silaturahmi, sesudah terpilih tidak akan silaturahmi lagi. Jadi ada yang soleh mendadak. Jadi rajin ke mesjid mendadak, jadi khotib. Ada yang jadi dermawan mendadak. Kalau serba dermawan ini tidak asli.
Pemimpin apa yang kita butuhkan? Sederhana saja, kita ingin berubah harus dipimpin oleh orang yang bisa merubah. Siapa pemimpin yang bisa merubah adalah pemimpin yang bisa merubah dirinya. Sederhana kan... Jadi kunci kehebatan seorang pemimpin adalah bisakah dia memimpin dirinya. Bagaimana memimpin orang lain kalau memimpin diri sendiri saja tidak sanggup.
Jadi rahasia pemimpin adalah Cuma tiga kuncinya. Satu keteladanan, dua keteladanan, tiga keteladanan. Selebihnya bonus. Apa yang bisa dilakukan kalau dia memimpin dirinya saja tidak bisa. Dia akan gunakan jabatannya untuk memperkaya diri, dia akan gunakan jabatannya untuk nyolong. Dan terus. Padahal pemimpin itu pelayan. Bukan perampok kaumnya.
Harusnya pemimpin itu kalau jadi pemimpin, minimal sama. Syukur kalau makin miskin, karena habis hartanya untuk dipakai memimpin, Nabi Muhammad kan begitu. Sebelumnya diberitahu dulu, kalau pemimpin tidak berhasil menjadi tauladan biasanya memiliki penyakit TENGIL.
T-nya adalah Takabur. Jadi orang yang petantang-petenteng sombong, dia nggak ngerti tuh, bahwa dia pasti mati.
E-nya itu Egois. Pemimpin egois jangan dipilih, celaka.
N-nya Norak. Norak ini pemimpinnya norak. Pokoknya nggak pantes, gitu. Over acting, apa sih bahasa Indonesianya?
G-nya adalah Galak. Pemimpin galak, nggak bisa aman. Semua dimarahi terus.
I-nya Iri dengki. Celaka punya pemimpin iri.
Dan L-nya adalah Licik.
Jadi tolong seluruh masyarakat Indonesia pelajari calon Pilkadanya termasuk berpenyakit TENGIL atau tidak.
Apa ciri T-nya, Takabur? Orang takabur itu dua kalau menurut Nabi. Satu mendustakan kebenaran, yang kedua meremehkan orang lain. Jadi seorang pemimpin yang takabur itu adalah orang yang tidak menyukai agama. Karena agama dianggap banyak aturan. Tidak senang kepada agama, meremehkan ibadah, ini ciri-ciri pemimpin TENGIL itu. Padahal dia cuma manusia yang asalnya setetes mani, ujungnya jadi bangkai, ke mana-mana bawa (maaf) eo', kan gitu. Hati-hati, dinasehati tidak mau, tidak pernah mau datang ke majlis taklim. Tidak pernah nambah ilmu agama, jadi dia ngarang kebenaran itu versi dia.
Bayangkan masuk ke dalam hutan tidak tahu ilmu hutan, pasti ngarang. Jangan pilih pemimpin yang menganggap remeh agama, jangan pilih pemimpin yang tidak pernah ibadah, celaka! Kita bisa disesatkan. Dia tidak takut kepada Allah, takut kepada siapa lagi? Bisa dirampok kita ini. Dan jangan pilih pemimpin yang kerjanya merendahkan orang lain. Karyawan dianggap rendah, tidak mungkin. Merendahkan karyawan itu menghancurkan semangat kerja. Tidak mungkin kita maju tanpa orang lain.
Ingat teori bersih? Kantor bersih siapa yang membersihkan? cleaning Service. Bersih penting tidak? Penting. Petugas cleaning Service penting tidak? Kalau begitu petugas cleaning service orang penting? Betul?! Sikapi petugas cleaning service seperti menyikapi orang penting. Itulah orang yang rendah hati. Kalau dia menganggap remeh petugas sampah, menganggap remeh petugas kebersihan, itulah pemimpin sombong.
Pemimpin yang bisa memuliakan karyawannya, itulah pemimpinn sejati. Pemimpin yang bisa memuliakan rakyatnya, itulah yang penting. Jadi harusnya pemimpin itu lebih menghormati rakyat daripada rakyat menghormati dirinya.
Kenapa? Karena pemimpin dipilih oleh rakyat, kan begitu. "Laqad kaana lakum fii rasuulillahi uswatun hasanah" itulah yang diisyaratkan Al-Qur'an tentang bagaiman Nabi menjadi contoh. Kebaikan, suri tauladan. Orang yang egois itu di kantor susah, maunya menang sendiri. Kalau bicara mau didengar sendiri pendapatnya, orang lain bicara, belum selesai sudah dipotong. Dan pemimpin egois seperti ini, dia tidak punya program yang bagus hasil diskusi yang ada adalah karangannya sendiri. Dan maunya nyalahkan orang lain saja. Tidak mau disalahkan. Ini tipe pemimpin norak.
Eh, tahu egois kecil-kecilan? Orang yang egois kecil-kecilan tapi besar yaitu perokok. Orang yang merokok juga egois. Dia ngisep racun sambil meracuni orang lain. Hati-hati tuh, dia menyenangkan diri sambil mencelakakan orang lain. Jadi kalau saudara ingin menjadi pemimpin, jangan ngerokok. Kecuali merokok yang kepalanya dibungkus pake kantong semen. Jadi utuh, terserap sepenuhnya. Bahkan kalau bisa puntungnya juga dikunyah. Kalau bisa para pemimpin tidak usah merokok, yah? Setuju tidak? Karena sudah ada tulisan, "Merokok Dapat merusak kesehatan, mengakibatkan gangguan jantung, ambeyen, impoten, kanker, merusak janin".
Bagaimana mungkin pemimpin tidak bisa baca? Rakyat kami sedang menderita. Uang Cuma tidak seberapa, satu bungkus Rp 6.000,- sebulan Rp 180.000,- saya sebagai pemimpin tidak boleh menjerumuskan rakyat memberi contoh buruk. Lebih baik Rp 180.000,- sebulan beli anak domba, maka dalam tempo setahun kita punya enam pasang domba. Kita bisa punya banyak domba gara-gara berhenti merokok.
Kalau kayu jati, yang kecil harganya Rp 15.000,- dalam tempo 15 tahun pohon jati akan besar, dan itu 2 kubik, satu pohon itu. Sekarang satu kubik berapa? Rp 3.000.000,- maka kita dapat Rp 6.000.000,- Daripada saya merokok, lebih baik dibelikan beberapa puluh batang? Katakanlah 15, tanam. 15 tahun kemudian anak kita bisa naik haji hanya karena pohon yang kita tanam dari berhenti merokok satu bulan. Wah … lama bener 15 tahun …
Bapak tahu kerusuhan terjadi tahun berapa? 1997, sekarang 2005 sudah 8 tahun itu. Punya anak, tanam pohon jati, daripada merokok. 15 tahun kemudian anak bisa kuliah modal pohon jati. Betul tidak? Minat tidak nih? Pemimpin harusnya jangan egois, contohkan yang bagus. Norak. Pemimpin mah tidak usah pamer banyak hal, tidak usah pamer kekayaan, tidak usah pamer yang bermerk bukan tidak boleh, silakan saja. Tapi jadi pemimpin saja sudah dihargai, bahkan kalau pemimpin rakyatnya miskin, tapi kepala daerah mobilnya mewah, itu yang membuat rakyat curiga dan jadi sebel. Pernah suatu saat diundang di sebuah daerah. Mobilnya bagus sekali yang harganya satu koma sekian Miliar Rupiah. Sangat tidak enak, melewati rumah-rumah kumuh, miskin. Terus apa bangganya pak titik-titik?, apa bangganya naik mobil mewah di sekitar rakyat miskin. Mendingan naik ojek, mendingan naik Pick-Up daripada mobil mewah, di sekitar rakyatnya miskin. Bukan tidak boleh pakai mobil bagus, silakan. Asal proporsional. Nah, ini norak namanya. Orang yang tidak meraba perasaan orang lain hanya semata-mata untuk memamerkan diri. Makanya hati-hati jangan pilih pemimpin yang TENGIL.
Takabur, Egois, Norak.
Alhamdulillaahirobbil'alamin
Sumber: Majalah KalamDT - Daarut Tauhiid Jakarta
Oleh : Aa Gym
Previous Back to Index Next Latest
Powered by RichColors, in corporation with Ravewarrior Design.
Pasted from <http://www.lnicommunity.net/article.php?id=6&type=1>
Komentar