Kamis, 19 Maret 2009 , 08:39:00
Melihat Pengabdian Guru MTs Sungai Jepun Al-Islami
Digaji Rp100 Ribu, Tiap Hari Menyusuri Sungai Indragiri
Laporan AHMAD FITRI, Pekanbaru
Menyaksikan gedung sekolah Madrasah Tsanawiyah MTs Sungai Jepun Al-Islami mengundang keprihatinan. Namun semangat belajar siswa yang tinggi dan pengabdian tak kenal lelah dari gurunya membuat madrasah ini menjadi harapan bagi generasi muda di Sungai Jepun.
Sejak resmi didirikan pada 1 Juni 2006 gedung MTs Sungai Jepun Al-Islami di Kelurahan Sungai Perak Kecamatan Tembilahan tidak banyak mengalami perubahan. Bangunan sekolah tempat belajar siswa masih berupa atap daun nipah dan berdinding papan. Semangat untuk menimba ilmulah yang membuat siswa-siswi di sekolah ini tetap semangat untuk terus belajar dan belajar.
Semangat serupa juga diperlihatkan 14 guru yang mengajar di madrasah ini. Dari pengurus madrasah mereka hanya mendapatkan gaji Rp100 ribu tiap bulan. Namun gaji kecil tidak menyurutkan langkah mereka untuk mengajar di madrasah yang dibangun atas swadaya masyarakat Sungai Jepun tersebut. Pengabdian, itulah semangat yang setiap pagi hari membawa mereka menyusuri Sungai Indragiri selama satu jam menaiki pompong dari kota Tembilahan ke Sungai Jepun.
Menurut Kepala MTs Sungai Jepun Al-Islami, Drs Nurdin Sabrah, kondisi keuangan madrasah yang pas-pasan membuat pengurus hanya mampu menggaji guru Rp100 ribu sebulan. Namun para guru tetap ikhlas menerima gaji yang minim tersebut. Selain mendapatkan gaji, guru juga mendapatkan tunjangan transport. Tunjangan ini diberikan untuk membantu ongkos menyewa pompong yang setiap pagi berangkat dari Tembilahan dan pada siang harinya kembali lagi ke Tembilahan.
Di balik keprihatinan madrasah ini, ada kegembiraan yang dirasakan. Kegembiraan itu tidak lain karena MTs ini telah terakreditasi di Departemen Agama Provinsi Riau. Namun, rasa prihatin atas kondisi sekolah ini tetap dirasakan oleh anggota tim akreditasi yang berkunjung beberapa waktu lalu. ‘’Oleh tim akreditasi kondisi madrasah kami disebut seperti film Laskar Pelangi. Karena hanya beratap daun nipah dan berdinding papan,’’ papar Nurdin yang juga alumni IAIN Suska Pekanbaru.
Nurdin sendiri selain mengajar di MTs ini juga mengajar di MDA Sungai Jepun. Setiap malam Sabtu dia memimpin majelis pengajian serta menjadi imam dan khatib di masjid Sungai Jepun.***
Sumber :http://riaupos.com/main/index.php?mib=berita.detail&id=4071
Melihat Pengabdian Guru MTs Sungai Jepun Al-Islami
Digaji Rp100 Ribu, Tiap Hari Menyusuri Sungai Indragiri
Laporan AHMAD FITRI, Pekanbaru
Menyaksikan gedung sekolah Madrasah Tsanawiyah MTs Sungai Jepun Al-Islami mengundang keprihatinan. Namun semangat belajar siswa yang tinggi dan pengabdian tak kenal lelah dari gurunya membuat madrasah ini menjadi harapan bagi generasi muda di Sungai Jepun.
Sejak resmi didirikan pada 1 Juni 2006 gedung MTs Sungai Jepun Al-Islami di Kelurahan Sungai Perak Kecamatan Tembilahan tidak banyak mengalami perubahan. Bangunan sekolah tempat belajar siswa masih berupa atap daun nipah dan berdinding papan. Semangat untuk menimba ilmulah yang membuat siswa-siswi di sekolah ini tetap semangat untuk terus belajar dan belajar.
Semangat serupa juga diperlihatkan 14 guru yang mengajar di madrasah ini. Dari pengurus madrasah mereka hanya mendapatkan gaji Rp100 ribu tiap bulan. Namun gaji kecil tidak menyurutkan langkah mereka untuk mengajar di madrasah yang dibangun atas swadaya masyarakat Sungai Jepun tersebut. Pengabdian, itulah semangat yang setiap pagi hari membawa mereka menyusuri Sungai Indragiri selama satu jam menaiki pompong dari kota Tembilahan ke Sungai Jepun.
Menurut Kepala MTs Sungai Jepun Al-Islami, Drs Nurdin Sabrah, kondisi keuangan madrasah yang pas-pasan membuat pengurus hanya mampu menggaji guru Rp100 ribu sebulan. Namun para guru tetap ikhlas menerima gaji yang minim tersebut. Selain mendapatkan gaji, guru juga mendapatkan tunjangan transport. Tunjangan ini diberikan untuk membantu ongkos menyewa pompong yang setiap pagi berangkat dari Tembilahan dan pada siang harinya kembali lagi ke Tembilahan.
Di balik keprihatinan madrasah ini, ada kegembiraan yang dirasakan. Kegembiraan itu tidak lain karena MTs ini telah terakreditasi di Departemen Agama Provinsi Riau. Namun, rasa prihatin atas kondisi sekolah ini tetap dirasakan oleh anggota tim akreditasi yang berkunjung beberapa waktu lalu. ‘’Oleh tim akreditasi kondisi madrasah kami disebut seperti film Laskar Pelangi. Karena hanya beratap daun nipah dan berdinding papan,’’ papar Nurdin yang juga alumni IAIN Suska Pekanbaru.
Nurdin sendiri selain mengajar di MTs ini juga mengajar di MDA Sungai Jepun. Setiap malam Sabtu dia memimpin majelis pengajian serta menjadi imam dan khatib di masjid Sungai Jepun.***
Sumber :http://riaupos.com/main/index.php?mib=berita.detail&id=4071
Komentar